Bahkan di dunia yang seluas ini. Mengapa tidak ada satupun manusia yang mau menerima kehadiranku?
-Azzalea Syafa Lorenza
°°°
Tarikan nafas Papa Afzhal semakin pendek dan cepat, ia terus berjalan berbolak balik dari ruangan itu sambil menggigit bibir bawahnya hingga hampir berdarah. Deren juga duduk termenung sambil menggigit ujung jari jempolnya hingga memutih.Terlihat juga dari ujung ruangan, Mama Lenka yang hanya berdiam diri dengan tatapan kosongnya. Jari jemarinya juga ikut bermain dengan ujung baju yang sudah mengelupas.
Sedangkan di dalam ruangan, seorang gadis pemeluk seribu luka sedang berjuang dengan nasib hidupnya. Kehidupannya yang penuh dramatis seakan tidak ada ujungnya. Akankah kehidupannya akan berakhir sampai disini? Atau justru akan ada kesempatan kedua untuknya menghirup kembali udara segar diluar sana?
Dengan langkah yang sangat cepat dan nafas yang sudah sangat tersendat sendat. Bilal bergegas berlari menuju mereka dan langsung mengintip dari celah pintu yang berlubang. "LE-LEA."
Kedua tangan Papa Afzhal langsung terkepal sangat kuat sampai telapak tangannya terlihat memutih. Kedua bola matanya menatap tajam lurus kedepan. Dengan langkah yang sangat cepat, ia menarik paksa tubuh Bilal hingga membuatnya jatuh ke lantai.
BRAAAK
Kedua bola mata mereka membulat sempurna hingga tubuh mereka memberikan loncatan kecil karena terkejut.
Mama Lenka dengan cepat memegang erat kedua bahu Papa Afzhal untuk menghentikan langkahnya. "Jangan, Pa"
Kedua orang tua Bilal juga langsung merangkul tubuh Bilal untuk membantunya berdiri.
"INI SEMUA GARA GARA KAMU." Bentak Papa Afzhal sambil menatap tajam.
Bilal hanya berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya yang sudah tersendat sendat.
"KALAU SAMPAI TERJADI APA APA SAMA LEA. HABIS KAMU SAMA SAYA." Lanjut Papa Afzhal.
Tidak lama setelah itu, Dokter yang menangani Lea keluar dari dalam ruangan dan memberikan kabar tentang keadaan Lea.
"Dokter?" Ucap Deren dan langsung mengalihkan fokus mereka.
Mereka semua langsung bergegas mendekati Dokter.
"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" Tanya Mama Lenka.
"Alhamdulillah! Lea berhasil melewati masa kritisnya dan bayi yang ada di dalam kandungannya juga baik baik aja!" Jawab Dokter sambil tersenyum sumringah menatap mereka satu persatu.
"Le-lea hamil?" Tanya Umi Asma terbata bata.
"Iya! Lea saat ini sedang mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak tiga minggu." Lanjut Dokter.
"Maa Syaa Allah! Alhamdulillah, Ya Allah!" Lirih Bilal sambil meneteskan air matanya karena bahagia.
"Saya boleh lihat istri saya Dok?" Lanjut Bilal.
"Iya! Silahkan." Jawab Dokter sambil tersenyum manis.
Dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Bilal langsung bergegas masuk ke dalam untuk menemui Lea. Tetapi, langkah kakinya langsung terhenti karena dihalangi oleh Mama Lenka. "Lea anak saya. Jadi saya yang seharusnya lebih dulu masuk ke dalam."
Bilal langsung menghentikan langkahnya dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Perlahan, senyum di bibirnya juga ikut menghilang. "Iya, Ma."
Sambil menarik nafas panjangnya dan dengan langkah yang tertatih. Mama Lenka langsung masuk ke dalam sambil berusaha tersenyum. "Le-lea!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [END]
Fiksi Remaja"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...