CHAPTER 60

940 25 8
                                    

Tetap semangat ya, sayang! Berjanjilah untuk tetap hidup lebih lama lagi. Walaupun tanpa aku.


-Bilal Abidzar Ar Rasyid

°°°

Lea dan kedua temannya sudah selesai dengan mata kuliah hari ini. Mereka bertiga bergegas keluar dari ruangan sambil tersenyum dan menarik nafas lega.

"Kalau tahu dosennya nyebelin kayak gitu. Gue nggak bakal ngambil jurusan ini." Ucap Flora.

"Udah nikmati aja! Anggap aja ujian hidup!" Jawab Angel sambil tertawa hingga membuat gigi taringnya terlihat sempurna.

Mereka bertiga kembali berjalan sambil bergandengan tangan satu sama lain dengan senyum sempurna.

Ting...

Langkah Lea langsung terhenti ketika mendengar suara notifikasi dari handphone miliknya. Ia bergegas mengambil handphonenya dari tas. "Bentar."

Bilal Abidzar Ar Rasyid

"Assalamualaikum! sayangku, cantikku, manisku, hidupku! Tungguin Mas ya! Satu jam lagi kita ketemu."

Senyum di bibir Lea langsung mengembang sempurna ketika ia melihat pesan masuk di handphone nya. "Wa'alaikumussalam warahmatullahi. Iya, Mas! Aku tungguin kok. Hati hati ya, Mas!"

"Kenapa, Ya?" Tanya Flora penasaran.

"Kalian duluan aja. Gue di jemput sama Mas Bilal!" Jawab Lea sambil tersenyum sumringah.

"Oh iya udah. Kita duluan ya!" Sambung Angel.

"Iya, hati hati!" Ucap Lea.

"Dah, Lea!" Lanjut Flora.

Setelah itu, Lea langsung berjalan ke luar pagar dengan senyum manisnya. Ia sudah membayangkan ketika suaminya tiba, ia akan memeluk erat tubuh suaminya. Setelah itu, suaminya pasti langsung tersenyum manis menatap wajahnya dan mengecup pelan keningnya.

Di sisi lain.

Senyum sempurna juga terlihat jelas dari bibir Bilal. Setelah menjemput Lea, rencananya Bilal akan mengajak Lea jalan jalan ke berbagai tempat yang indah di kota Bogor.

Di tengah perjalanan. Tiba tiba semua kendaraan langsung berhenti. Bilal menoleh sedikit kedepan dan ternyata di depannya sudah ada plang kereta api yang menutup jalan. Mau tidak mau semua pengendara harus menunggu sampai kereta api lewat. Begitu juga dengan Bilal yang harus mengantri mengikuti pengendara lainnya.

Tuk

Tuk

Ternyata di luar ada seorang anak kecil yang mengetuk kaca mobilnya. Anak kecil itu menawarkan beberapa bunga mawar kepada Bilal. "Permisi, om! Tolong beli bunganya, Om?"

Bilal langsung tersenyum manis menatap wajah seorang anak kecil yang lugu itu. Tanpa berfikir lama, ia langsung mengeluarkan dompetnya dan membeli bunga yang di jual anak kecil tersebut.

"Uangnya kebanyakan, om?" Ucap anak tersebut.

"Nggak papa!"

"Makasih, om!" Sambung anak tersebut dan kembali menjajakan dagangannya kepada pengendara lain.

"Iya sama sama!" Jawab Bilal dan kembali menutup rapat kaca mobilnya.

Bilal menatap bunga di tangannya dengan cukup lama. Bibirnya tidak berhenti tersenyum sambil membayangkan reaksi Lea ketika bertemu dengannya sambil membawakan bunga mawar merah.

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang