prolog

292 108 91
                                    

Di tengah kegelapan malam yang sunyi, Naziya duduk sendirian di halaman rumahnya, memandangi langit dengan penuh kekaguman. Bulan bersinar terang dan bintang-bintang gemerlap menyinari langit, menciptakan pemandangan yang begitu indah baginya. Sejak kecil, Naziya selalu terpesona oleh kecantikan langit malam. Cahaya bulan yang lembut dan gemerlap bintang-bintang memberinya ketenangan yang tak tergantikan. Ia merasa seperti berada di dunia yang magis setiap kali memandang langit.

Namun, tidak semua malam membawa kedamaian bagi Naziya. Ketika awan gelap mulai menggumpal di langit dan petir menyambar di kejauhan, rasa takut merayapi hatinya. Hujan bagi Naziya bukan hanya tetesan air dari langit, melainkan juga simbol dari ketidakpastian dan kebingungan yang menyelimutinya. Setiap gemuruh petir membuatnya merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Saat itulah, rasa takutnya semakin membesar.

Naziya tidak sepenuhnya memahami mengapa ia begitu takut pada hujan. Mungkin ada sesuatu yang menakutkan dalam ketidakdugaan dan ketidakpastian yang dibawa oleh hujan. Mungkin juga karena hujan membuatnya merasa terisolasi dan rentan di tengah badai yang mendera. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa ketakutannya itu nyata dan mengganggunya.

Meskipun begitu, Naziya tidak pernah menyerah pada ketakutannya. Setiap kali hujan turun, ia berusaha menghadapinya dengan keberanian yang dimilikinya. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan menyalakan lilin dan membaca buku di dalam rumah. Atau kadang-kadang, dia akan duduk di dekat jendela, memandangi tetes-tetes hujan yang jatuh dengan irama yang berbeda-beda. Mungkin dengan cara itu, Naziya berharap bisa meredakan ketakutannya.

Tapi terlepas dari upaya-upaya tersebut, ketakutan Naziya tetap menghantuinya setiap kali hujan turun. Mungkin, rasa takut itu adalah bagian dari dirinya yang sulit diatasi. Namun, Naziya tidak pernah kehilangan harapan. Dia selalu percaya bahwa suatu hari nanti, dia akan bisa mengatasi ketakutannya dan merangkul keindahan hujan seperti yang selalu dia lakukan pada langit malam.

Mungkin keyakinan itu adalah satu-satunya hal yang membuatnya bertahan. Setiap kali hujan turun, Naziya mengingatkan dirinya sendiri bahwa setiap badai pasti akan berlalu. Dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa di balik awan gelap dan hujan yang deras, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Dan suatu hari nanti, dia akan bisa menemukan keberanian dalam dirinya untuk melalui badai itu.

Dalam kegelapan malam yang sunyi, Naziya terus duduk sendirian di halaman rumahnya, memandangi langit dengan penuh kekaguman. Bulan bersinar terang dan bintang-bintang gemerlap masih menyinari langit, menciptakan pemandangan yang begitu indah baginya. Dan meskipun ketakutannya akan hujan masih ada, Naziya tahu bahwa suatu hari nanti, dia akan bisa merangkul keindahan langit dan hujan dengan penuh keberanian.



Happy Reading gaisss..

Salatiga 26 April 2024

SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang