1:4

27 15 19
                                    

"Bunda"

Ucapnya sambil bersimpuh di samping makam sang Bunda, Dava yang melihatnya dari kejauhan hatinya terasa nyeri.

"Bunda, Zizi kangen bunda sama Ayah. hiks" Naziya terisak pelan.

"Zizi mau cerita bun, kemarin Zizi bantuin Teh Billa yang kedatangan orang tuanya dari jawa, teh Billa tuh masih suka julid sama Zizi tau, masa kemarin teteh bilang Zizi mau kenalan sama adeknya padahal mah aslinya nggak, kan jadi malu zizinya"

Dava menyunggingkan senyumnya simpul, sudah dia duga sejak awal ini pasti rencana Billa, kakaknya itu memang sangat baik terhadapnya. Dava kira hanya dengan dirinya saja tapi ternyata Naziya pun sudah dianggap Billa seperti adiknya sendiri.

"tapi Zizi iri sama adiknya teh Billa Bun, dia masih punya orang tua lengkap, ditambah lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, anak dari seorang kyai terpandang di Jawa Timur, ganteng lagi hihi" Naziya tersenyum simpul ketika mengingat wajah adem Dava, laki-laki itu nampak berbeda dengan pria lain. alisnya yang tebal, kulitnya putih Langsat, badannya yang tegap menambah kesan maskulin yang ada pada dirinya.

Naziya terus bercerita di depan nisan kedua orang tuanya, tanpa sadar bahwa langit yang tadinya biru cerah berubah menjadi gelap. Naziya sedikit mendongakkan kepalanya ke langit, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun, dia segera membaca tahlil untuk mengirimkan Hadiah untuk orang tuanya.

Sedangkan Dava yang menyadari awan berubah menjadi gelap, dia segera kembali ke mobilnya, menunggu Naziya di dalam mobil.

Tak lama menunggu, gadis cantik dengan jilbab hitam dan juga gamis hitam yang melekat cantik di tubuhnya keluar dari area pemakaman. bersamaan dengan itu, hujan turun begitu deras.

Dava menyipitkan kedua matanya, sudah dia duga pasti hujan akan turun dengan deras. sedangkan Naziya dia terkejut karena hujan turun dengan sangat lebat, dia menepikan tubuhnya di samping pemakaman, dinginnya air hujan sedikit membasahi tubuhnya.

Dava segera menjalankan mobilnya ke arah Naziya, tidak mungkin juga dia meninggalkan gadis itu sendirian di tepi makam yang sepi disertai hujan.

'Tin,,tin,,,tin'

Naziya sedikit terkejut ketika sebuah mobil hitam terparkir di depannya, dia merasa was-was karena sejujurnya dari tadi dia merasa ada seseorang mengikutinya. dia sempat ingin kembali ke rumah tadi, tapi dia juga merasa sangat rindu kepada ayah dan bundanya.

beberapa detik kemudian kaca mobil terbuka dan menampilkan wajah yang sangat tampan di dalamnya, ya Dia Dava.

"Masuk" ucapnya dingin, jantung Naziya berdetak kencang tak karuan mendengar suara dingin dan berat itu, Naziya mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba berfikir jika dia tidak salah dengar. Oh ayolah masa iya seorang putra kyai mengajaknya berduaan di dalam mobil.

"Tidak usah" Naziya berusaha menolaknya dengan halus.

"Saya bilang masuk" ucap Dava tanpa memperhatikan Naziya.

"Tidak usah kak, sebentar lagi hujannya reda" Naziya masih berusaha menolak.

"masuk, masih lama hujannya" ucap Dava masih terus mendesak Naziya agar mau ikut bersamanya.

"tapi kak, apakah tidak baik jika dua orang yang bukan mahram hanya berduaan di dalam mobil" ucap Naziya berusaha menolak ajakan Dava.

"Kamu di belakang, saya di depan, kamu tenang saja insyallah tidak akan terjadi apa-apa. bisa sakit kamu kalo kelamaan di situ" ucap Dava.

Naziya mendongakkan kepalanya sejenak, menatap langit yang hujannya semakin deras, sepertinya ucapan Dava bernar, dirinya bisa sakit jika terlalu lama disini. akhirnya pun Naziya ikut masuk ke dalam mobil Dava.

SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang