Enaknya menjadi kucing. Aku merasa iri dengan kucing, bahkan aku lebih iri terhadap kucing dibandingkan dengan manusia manapun.
Andai saja, aku terlahir menjadi kucing. Mungkin aku tak perlu khawatir atau memikirkan omongan manusia untuk bisa bermalas-malasan seharian penuh. Aku juga tidak perlu takut tidak bisa makan.
Aku hanya perlu menunjukkan betapa imut dan lucunya sebagai kucing dihadapan manusia. Aku tinggal menghampiri manusia yang sedang makan sambil mengeong dan mengelus-ngeluskan bulu lembutku ke kaki manusia.
Apalagi jika aku menjadi kucing peliharaan dari seorang perempuan yang cantik. Betapa menyenangkannya, aku tak perlu bersusah payah untuk menjadi kaya atau terlihat keren untuk bisa dipeluk seseorang yang cantik. Malahan mungkin aku yang akan dipeluk duluan dan mendengarkannya bercerita.
Jika aku bisa memilih sebelum lahir ataupun mungkin jika reinkarnasi itu nyata; Aku benar-benar akan memilih untuk menjadi kucing.
Tapi, jika aku berharap menjadi kucing, apakah kucing juga berharap menjadi aku? Atau mungkin selama ini kucing selalu berharap menjadi manusia?
Siapa yang tahu bahwa selama ini kucing itu mengeluh karena harus mengeong memohon hanya untuk makan ataupun mereka merasa muak dengan perlakuan manusia terhadap mereka.
Sungguh aku ingin mengetahuinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Absurd
Non-FictionSetiap orang mempunyai omong kosongnya masing-masing dan ini merupakan kumpulan omong kosong yang ditemukan di ruang gelap di setiap malam.