Chapter 2

554 59 7
                                    

Laptop menyala menampilkan deretan kalimat, dua buah tangan tampak sibuk memutar-mutar mouse serta mengetik sesuatu.

Anggara tampak fokus menatap layar laptopnya, entah apa yang dilakukannya tapi sepertinya Anggara sangat menikmatinya.

Keningnya berkerut, Anggara membaca deretan kalimat yang terdapat di layar laptopnya.

“Anggota mafia kelompok rahasia?” gumam Anggara pelan.

Sepertinya ia menemukan satu hal menarik yang tidak pernah diceritakan dalam novel. Ternyata protagonis wanita dalam novel ini, alias Grace Valerie Aldrich merupakan anggota mafia! Bahkan termasuk ke dalam kelompok rahasia.

Sesuatu dugaan Anggara. Alur ceritanya pasti berubah. Semua terlihat jelas dari Jessica yang seharusnya menatap benci kearahnya malah menjadi menatapnya khawatir.

Huft- sepertinya semua hal ini akan semakin membuat tenaganya terkuras, Anggara harus siapkan stock kesabaran saat menghadapi Keluarga bajingan Caesar serta tokoh-tokoh lainnya.

Anggara yang terlalu malas untuk mencari tahu setiap tokoh penting dalam novel ini lebih lanjut menghentikan kegiatannya, lebih baik ia mengistirahatkan tubuhnya sebelum memulai hari-hari yang penuh akan drama ini.

Laptopnya ia matikan lalu diletakkannya di atas meja belajar. Tubuhnya ia rebahkan di kasur king size miliknya, rasanya sangat nyaman.

Secara perlahan matanya mulai tertutup. Rasa kantuk sudah mulai menjalar. Dalam sekejap Anggara tertidur dengan pulas.

Disisi Keluarga Smith. Semua orang berkumpul di ruang makan, mereka bersiap-siap untuk makan siang.

Setelah dirasa semua orang sudah berada di tempat Tuan besar Smith, Arslan Smith mulai mempersilahkan anak, menantu serta cucunya untuk makan.

Semua orang makan dengan tenang kecuali satu orang. Jessica, ia tampak gelisah. Matanya sedari tadi tak henti-hentinya menatap sekitar, entah kenapa ia memikirkan Caesar.

Sejak kejadian di dapur tadi bayang-bayang akan Caesar yang menatapnya dingin terus teringat dipikirannya, entah kenapa ia merasakan perasaan takut.

Jessica sendiri tak mengerti mengapa ia bisa bersikap seperti ini. Yang ada dipikirannya hanya Caesar dan Caesar.

Perasaan kehilangan serta penyesalan ia rasakan. Jessica menghela nafas panjang entah yang ke berapa kalinya.

Dan tentu saja seluruh anggota Keluarga Smith menyadari akan hal itu. Mereka semua menatap khawatir Jessica, sementara orang yang ditatap sepertinya tak menyadari akan hal itu.

“Jessica sayang, apa ada sesuatu yang mengganggumu pikiranmu?” tanya seorang wanita paruh baya, Vania Smith.

Jessica yang ditanya sedikit terperanjat kaget, ia menggeleng cepat sambil tersenyum tipis.

“Gak ada kok Oma! Jessi cuman gelisah karena besok ulangan, Jessi takut nilai Jessi anjlok Oma!” bohongnya, ada rasa bersalah dalam hati Jessica sebab harus membohongi Oma nya, lebih tepatnya seluruh anggota Keluarganya!

Oma Vania mengangguk paham. “Jessi gak perlu khawatir, Oma yakin kamu bakalan dapat nilai yang tinggi!” ucap Oma Vania mencoba menyemangati cucunya.

“Betul kata Oma! Abang yakin kamu bakalan dapat nilai yang tinggi, Jessica kan anak yang pinter! Iya gak?” celetuk sesosok remaja yang duduk berjarak dua buah bangku dari Jessica.

“Iya betull!” sahut semua orang lalu kemudian mereka tertawa pelan.

Jessica tersenyum tipis. Rasa bersalah makin terasa, dalam hatinya ia terus mengucapkan kata maaf sebab harus membohongi seluruh anggota Keluarganya.

Transmigrasi; Anggara's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang