[06]

125 11 0
                                    

Keesokan paginya Jake sudah bersiap dengan tas kuliah yang selalu ia bawa. Kemudian ia juga memakai almameter dan tertera namanya. Sejenak, ia menghela nafas panjang sembari melihat pantulan dirinya yang kacau di pagi hari. Wajahnya pucat dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya. Ia sangat pening hanya untuk mandi namun ia memaksa dirinya sendiri.

Seperti mayat hidup. Perumpamaan yang paling menggambarkan putra sulung keluarga Sim itu sekarang.

"Kak Jake gapapa?" Tanya Charyeong yang kebetulan bertemu dengan sang kakak di lantai atas.

"Gapapa," lirihan itu membuat si gadis tidak mudah percaya.

"Bohong. Sekarang kakak kembali ke kamar aja, istirahat. Nanti kalo ketahuan Daddy sama Mommy juga— eh Kak Jake!" Tapi Kakaknya itu justru berjalan meninggalkan dirinya yang memperingati.

"Kenapa kak Jake itu bandel—"

"Diam," hanya satu kata terlampau datar itu membuat Charyeong justru terdiam lama.

"Kakak kok beda banget?" Gumamnya sebelum akhirnya juga turun ke bawah.

Namun ketika ia hendak menginjak lantai dasar, justru ia melihat sang kakak berlalu begitu saja menuju pintu utama. Charyeong mendekati kedua orangtuanya, "Dad, Mom, kok kak Jake gak ikut sarapan?"

Baekhyun menjawab, "Ia mengatakan ada kelas pagi sekali. Ia akan sarapan di kampus bersama teman-temannya."

"Mommy tahu kak Jake sakit?"

Ibu dua anak itu menggeleng, "Tidak. Memang ia sedang sakit?"

Charyeong ingin mengatakan kebenaran tapi ia justru mengatakan hal yang berbeda, "Tidak kok. Hehe, ayo sarapan!"

'Kak Jake harus jelasin sesuatu ke Charyeong. Ada yang gak beres sama tuh orang,' batinnya kemudian ikut sarapan bersama kedua orangtuanya.

***

Jay membiarkan seorang pria masuk dan duduk di kursi pengemudi. Kemudian setelah memakai sabuk pengaman, mereka pergi dari kediaman pria itu.

"Kau tidak tidur lagi?" Tanya prihatin Jay melihat Jake.

"Hum," Jake menyandarkan dirinya ke kursi.

"Kau sudah sarapan? Sepertinya belum. Kau ingin makan?"

"Tidak," lirih Jake yang membuat hati kemanusiaan Jay bangkit.

"Aku akan membelikanmu sandwich saja. Kau mau 'kan?"

Jake menoleh, "Tidak Jay. Aku sedang tidak ingin."

"Tapi kita sudah sampai ke kedai. Sebentar."

Jay langsung turun dari mobil dan sedikit berlari menuju sebuah kedai makanan. Jake memperhatikan segala gerak gerik pria yang dijodohkan dengannya itu. 10 menit kemudian Jay kembali untuk menyerahkan paperbag ukuran sedang padanya dan mulai mengendarai mobil kembali.

"Kau ada kelas pukul?" Tanya Jay memastikan.

"30 menit lagi."

Jay mengangguk, "Habiskan saja. Aku akan berputar-putar sampai kau selesai makan."

"Ya."

Jake memakan sandwich dan ada ice tea juga. Sepertinya itu satu paket. Ia memakannya ditemani pemandangan kota Seoul di pagi hari, padat kendaraan dan bangunan menjulang tinggi. Tanpa sadar ia menghabiskan semua sandwich. Meski ice tea miliknya masih setengah.

"Kita ke kampus sekarang saja Jay," ucap Jake tanpa menoleh.

"Baiklah."

Yang menyetir melajukan mobilnya ke kampus milik Jake. Mobil itu berhenti di tempat yang sama seperti kemarin. Akhirnya Jay keluar bersama dengan Jake.

Nothing Like UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang