02. TANPA RASA BERSALAH

1.6K 189 134
                                    

Vote dulu nanti lupa!

Follow juga kalau suka dengan cerita ini!

Follow juga kalau suka dengan cerita ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02. TANPA RASA BERSALAH

----

Jihan menatap kepergian Dewangga yang berjalan menaiki tangga dan kemudian memasuki kamarnya. Perasaan bersalah terhadap Dewangga tiba-tiba di rasakan oleh Jihan. Seharusnya ia tidak lupa dengan perintah Dewangga yang memintanya mengatakan kepada Raga bahwa laki-laki itu akan pulang terlambat karena mengikuti kegiatan bakti sosial di kampus.

Jihan berbalik arah, lalu berjalan menaiki tangga untuk menemui Raga yang kemungkinan berada di dalam kamarnya. Beberapa kali Jihan mengetuk pintu baru setelah itu pintu di buka memperlihatkan Raga di sana.

"Ada apa, Jihan?" tanya Raga yang melihat keberadaan putrinya di depan pintu kamarnya.

"Dewangga pulang terlambat karena ikut kegiatan bakti sosial di kampus. Bukan karena ngumpul sama temen-temennya. Tadi aku mau bilang sama Papa tapi aku lupa. Padahal sebelumnya Dewangga udah minta aku buat bilang sama Papa mengenai masalah ini," ujar Jihan berusaha memberikan penjelasan kepada Raga.

Raga menghela napas kemudian memejamkan matanya. Mendengar pernyataan langsung dari Jihan mengenai kebenaran yang terjadi dan itu artinya ia sudah salah sangka terhadap Dewangga.

"Papa nggak marahin Dewangga karena pulang terlambat, kan?" tanya Jihan. Ia takut jika Raga sempat memarahi Dewangga karena kelalaian yang diperbuatnya.

"Tidak. Papa hanya sedikit menasihati Dewangga," jawab Raga yang tentunya memilih berbohong. Jihan pasti akan marah kepadanya jika tau bahwa dirinya masih sering berbuat kasar terhadap Dewangga.

Jihan melihat Raga dengan tatapan memohon. Jihan berharap bawah Raga benar tidak memarahi Dewangga. "Dewangga jangan di marahin, Pa. Dewangga nggak salah. Justru aku yang salah karena aku lupa bilang sama Papa kalo Dewangga pulang terlambat karena ikut kegiatan bakti sosial di kampus."

Raga terdiam beberapa saat, lelaki itu menyesali perbuatan kasarnya terhadap Dewangga yang merupakan anak kandungnya sendiri. Seharusnya sejak awal ia mempercayai perkataan Dewangga yang mengatakan bahwa laki-laki itu pulang terlambat karena mengikuti kegiatan bakti sosial di kampus.

"Papa," panggil Jihan ketika melihat Raga terdiam tanpa mengeluarkan suara. Tatapan laki-laki itu terlihat kosong seperti sedang memikirkan sesuatu.

Mendengar suara Jihan yang memanggilnya, lamunan Raga seketika buyar. "Kenapa?"

"Papa kenapa melamun?" tanya Jihan.

"Papa hanya memikirkan sesuatu," elak Raga. Tidak mungkin rasanya jika Raga mengatakan perbuatannya terhadap Dewangga kepada Jihan yang juga sebagai anaknya.

DEWANGGA DAN CINTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang