"Oh, lihat! Dia keluar! Dia keluar!" Anak kecil itu berteriak girang sambil menunjuk ke arah Regan yang muncul dari pintu yang terbuka.
Para wanita yang melihat kemunculan Regan pun ikut memasang ekspresi bahagia, terkecuali salah satunya yang kemudian melipat kedua tangannya sambil membuang muka.
"Maaf telah merepotkan, terimakasih," ucap Regan sambil sedikit merunduk.
Wanita yang nampak lebih tua daripada yang lainnya itu datang menghampiri Regan. Dia menepuk bahu lelaki itu dengan perasaan cemas.
"Kamu sudah merasa baikan?"
"Ya, aku baik-baik saja."
"Apa percakapan kami barusan membangunkan kamu?"
"Tidak juga."
"Sekarang kembalilah istirahat di ranjang, aku akan segera kembali membawakan bubur untukmu."
Wanita cantik itu kemudian bergegas pergi menuju bilik ruangan lain di dalam rumah itu. Menyisakan tiga wanita lainnya yang memandang Regan dengan antusias layaknya melihat sesuatu yang baru pertama kali mereka lihat. Kali ini tak terkecuali bagi wanita satu itu yang mencuri pandang ke arah Regan. Tidak tahu mengapa yang satu itu seakan terus menoleh ke arah Regan meski dia nampak enggan melakukannya.
Apa mungkin pesona Regan masih sangat kuat meski usianya sudah tidak lagi muda? Jujur saja, wajah tampan Regan lah yang sudah banyak menggaet hati para mantan-mantannya.
"Benar saja, dilihat dari dekat dia benar-benar sangatlah menawan." Salah satu dari mereka kemudian berbisik kepada yang lainnya.
"Kamu benar, aku juga berpikir hal yang sama. Sebenarnya, siapa dia? Apa dia anak seorang bangsawan? Atau dia datang dari luar kerajaan?"
"Aku rasa dia bukan anak bangsawan. Kakak pasti belum pernah melihat anak dari Baron Rivera kan?"
"Apa dia tampan?"
"Ei, dia terlihat sangatlah buruk. Saat perayaan di kota tahun lalu, aku sempat melihatnya. Dia mirip seperti babi."
"Benarkah?"
"Kamu seharusnya dapat melihatnya sendiri di perayaan besok. Kamu pasti akan terkejut karena rumor yang selama ini kita dengar hanyalah bualan saja dan sangat dilebih-lebihkan."
Regan dalam hati hanya bisa berpura-pura untuk tidak mendengarnya. Dia bahkan sempat menahan tawa saat wanita itu menyamakan anak bangsawan yang malang itu dengan seekor babi. Regan pun yang merasa canggung memilih untuk berjalan masuk kembali ke dalam kamar tersebut.
Di dalam sana, Regan mencoba menjernihkan pikirannya dan kembali memikirkan kondisinya saat ini. Meski kepalanya saat ini masih terasa sedikit sakit, tapi bukan itu yang dicemaskannya. Dia lebih kepikiran mengenai di mana dia sekarang berada. Berdasarkan pengelihatannya pada sekeliling rumah ini, juga para wanita yang ditemuinya sebelumnya, Regan merasa segala sesuatunya nampak tua dan sederhana. Sama sekali tidak ada sentuhan modern seperti yang ada diingatan Regan. Bahkan, untuk alas berpijak di dalam rumah saja mereka tidak menggunakan ubin dan hanya beralaskan langsung dari tanah.
Regan sempat mempertimbangkan kalau mungkin saja karena keluarga ini terlalu miskin? Hanya saja, ketika dia beranjak mendekat ke arah jendela kamar dan membukanya, dia langsung berubah pikiran setelahnya. Dia terkejut melihat pemandangan di luar yang sangat asing. Bangunan rumah-rumah yang nampak terbuat dari kayu itu memberikan kesan sederhana dan tua. Udara yang berhembus dan dihirup oleh Rendra pun sangatlah segar. Ini sangat berbeda dengan tempat tinggalnya yang berada di perkotaan.
Pikirannya kemudian teralihkan. Ini sangat menyenangkan dan membuat hatinya bahagia. Regan bahkan tidak pernah berpikir dirinya bisa tersenyum dan merasa senang hanya karena dirinya bernafas. Bukankah ini sangat lucu?
"Apa kamu melihat sesuatu di luar?"
Regan baru sadar wanita itu sudah masuk dan berada di belakangnya. Segera di berbalik untuk melihat.
"Apa semua tempat seperti ini?"
"Ya?"
"Maksudku, apa di tempat lain memiliki rumah dan udara segar yang sama seperti di tempat ini?"
"Ya?"
Wanita itu seakan bingung dengan pertanyaan Regan. Dia bahkan terdiam setelah meletakan semangkuk bubur di atas meja dan menatap Regan dengan ekspresi wajah yang rumit.
"Apa kamu benar-benar berasal dari luar kerajaan?"
"Sepertinya?" Regan juga bingung menjelaskan kondisinya sekarang. "Aku sendiri tidak yakin dengan hal itu."
"Mungkinkah..."
Tiba-tiba wanita itu berubah cemas.
"Apa kamu hilang ingatan?
"Aku pernah mendengar tentang penyakit itu dari suatu tempat."
Ketika wanita itu bertanya lagi, Regan tiba-tiba baru menyadari sesuatu yang terlewatkan olehnya. Fakta bahwa dirinya bisa berbicara dengan bahasa yang sama dengan mereka saja sudah nampak sangat aneh. Terlebih dia teringat percakapan para wanita ini yang selalu mengungkit tentang 'kerajaan'. Sesuatu nampak salah, tidak sesuai seperti yang semestinya. Negara tempat Regan tinggal saja sudah tidak berbentuk kerajaan. Apa ini berada di tempat lain atau di luar negara tempatnya tinggal? Tapi mengapa bahasa yang digunakannya sama? Ini sungguh membingungkan baginya.
"Di mana sebenarnya tempat ini? Apa kamu bisa menjelaskannya padaku? Jujur saja, semua yang kulihat dan kurasakan di tempat ini nampak sangat asing bagiku."
"Tentu, aku bisa. Jika itu bisa membantumu memulihkan ingatanmu. Bagaimana jika kita lanjutkan sambil duduk? Kamu bisa mendengarkan penjelasanku sekaligus menghabiskan bubur yang sudah aku bawakan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Tabib : Transmigrasi Ke Dunia Lain
FantasiaTabib bukan sembarang tabib. Regan terbangun dengan kemampuan bawaan langka yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun. Berlatar pada dataran benua Amerta di mana seorang pekerja kantoran tiba-tiba berpindah ke dunia lain ketika sedang dalam perjal...