02 | Sekolah baru

42 35 18
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya men temen😘

Happy reading‼️

*
*
*

"Nasi gorengnya sisain sedikit yah buat bekal ke sekolah," pinta Inessa pada anggota keluarganya yang lain. Sekarang mereka sedang sarapan nasi goreng buatan Bu Yuri.

Tak bosan-bosan mereka setiap pagi sarapan nasi goreng. Bahan nasi yang digunakan untuk membuat nasi goreng tersebut tak lain ialah nasi sisa kemarin sore yang tak habis.

"Langsung pisahin aja Nes, takut nantinya kebablasan habis," jawab Bu yuri sambil meneduh teh manis untuk suaminya, Herman.

"Iya bu, Ines langsung pisahin aja." Inessa beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil wadah makan dan memindahkan secentong nasi goreng pada wadah makan tersebut.

Suasana di meja makan tidak terlalu berisik, hanya terdengar suara dentingan piring. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ines sekarang kamu sudah kelas satu SMA, kamu harus lebih giat lagi dari sebelum-sebelumnya. Kamu juga Rian, kamu harus lebih rajin lagi dan jangan buat ulah yah." Suara tersebut berasal dari mulut Bu Yuri, ia memberikan sedikit pesan kepada kedua anaknya yang masih berada di bangku sekolah.

"Iya bu siap," jawab Inessa sembari mengangguk pelan kepalanya. Sedangkan Rian hanya mengangguk-anggukkan
kepalanya saja.

Semua sudah selesai menyantap makanan pada pagi hari ini, Pak Herman menjadi orang pertama yang habis terlebih dahulu.

Pak Herman langsung bersiap-siap memakai atribut pekerjaannya. Memang ia bekerja di salah satu perusahaan yang lumayan ternama, tetapi ia hanya menjabat sebagai OB di sana.

Tak apa jika hanya sebagai OB, asal uang yang dihasilkan halal, itulah prinsip Pak Herman. Jika ia tidak mengambil pekerjaan tersebut, bagaimana nasib keluarganya. Mau cari pekerjaan lain pun susah. Lebih baik ia bersyukur telah dikasih pekerjaan oleh Tuhan.

"Pak, uang jajan." Dengan sungkan Inessa meminta uang kepada bapaknya tersebut. Bagaimana ia tidak sungkan? Sedangkan ia sangat mengerti bagaimana kondisi keuangan di keluarganya.

"Oh iya, ini yah, 15 ribu untuk Inessa dan 7 ribu untuk Rian. Maaf yah bapak hanya bisa kasih uang segini ke kalian dan untuk Kak Luna maaf bapak sekarang gak bisa ngasih ke kamu, uang bapak pas-pasan." Pak Herman menyodorkan uang kepada Inessa dan Rian. Pak Herman mati-matian agar tidak terlihat sedih di depan anak-anaknya.

"Iya pak gapapa, makasih yah pak," jawab Rian sambil tersenyum.

"Iya pak gapapa, ini juga lebih dari cukup kok, makasih pak," jawab Inessa.

"Gapapa pak, kan Luna sekarang udah kerja dan bisa cari uang sendiri. Bapak ga usah ngasih aku uang lagi, kan seharusnya sekarang aku yang ngasih uang ke bapak dan ibu."

"Udah udah, sekarang kalian cepat berangkat, kalo ke jebak macet terus kesiangan gimana hayohh," ucap ibu dan diakhiri dengan sebuah tawaan kecil.

"Yaudah bapak berangkat sekarang," pamit Pak Herman.

Jarak antara rumah ke kantor tempat kerja Pak Herman tidak terlalu jauh, terkadang ia jalan kaki untuk menuju ke sana. Tetapi kali ini ia nebeng pada teman kerjanya.

"Iya bu kita juga mau berangkat sekarang," ucap Luna.

"Iya hati-hati di jalan yah," ujar Bu Yuri.

"Siap bu," balas Inessa.

Tujuan pertama Luna ialah ke sekolahannya Rian terlebih dahulu untuk mengantarnya.

Setelah itu, ia menuju ke sekolah barunya Inessa. Sesampainya di sana, Inessa turun dari motor dan pamitan terlebih dahulu kepada kakaknya tersebut. Inessa masuk ke gerbang sekolah, sementara kakaknya menuju ke tempat ia bekerja.

Suasana di halaman sekolah sangatlah ramai. Inessa mencari mading sekolah untuk melihat kertas pengumuman ia masuk ke kelas mana.

Akhirnya ketemu, tapi di depan mading tersebut banyak siswa-siswi baru yang sedang mencari kelas mereka masing-masing. Dengan terpaksa Inessa ikut berdesakan untuk mencari kelasnya.

"Mana sih." Inessa berdialog sendiri.

Setelah mencari dengan teliti, akhirnya ia menemukannya. Ternyata ia masuk ke kelas X-3.

Inessa langsung meninggalkan mading yang dipenuhi oleh siswa-siswi tersebut. Selanjutnya, ia akan mencari dimana letak kelasnya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk mencarinya, sekarang ia sudah menemukan kelasnya. Inessa masuk ke kelas, sudah ada murid lain di kelas ini.

Inessa berjalan agak pelan untuk memilih bangku yang akan ia tempati. Pilihannya jatuh pada bangku barisan ke dua di jajaran tengah.

Ia duduk pada kursi tersebut, di sini tak ada satu pun orang yang ia kenal. Bangku di samping kiri dan kanan tempat ia duduk masih kosong. Ia berharap bangku tersebut ditempati oleh perempuan.

***

To be continued...

30 April 2024


Mengikuti Arah Angin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang