My Father's Girlfriend (1)

53.8K 444 1
                                    

Sejak bercerai dengan istrinyaㅡatau well sebut saja ibuku, Ayah memang suka gonta-ganti pacar. Dia bilang, efek diselingkuhi memang separah itu. Daripada menikah dan menghabiskan waktu dengan satu wanita sampai mati, lebih baik having fun dengan wanita yang berbeda-beda supaya tidak sakit hati jika benar-benar dikhianati.

Dan ya, sepertinya Ayah serius dengan kalimatnya.

Selama tinggal bersama, Ayah sudah mengajak puluhan wanita ke rumah. Mulai dari kulit putih sampai kulit hitam, semua jenis wanita pernah Ayah tiduri. Yang jelas, Ayah suka wanita lebih muda darinya. Dan inti dari semua masalah ini, sejujurnya, aku sama tidak terlalu peduli dengan siapa dia berkencan.

Aku tidak peduli. Sama sekali.

Sampai Ayah membawa Veronica ke rumah satu bulan yang lalu. Wanita 18 tahun lebih tua dariku yang sialannya berhasil membuat jantungku berdebar hanya dengan melihat senyumannya.

Bagiku, Veronica berbeda dengan pacar-pacar Ayah sebelumnya. Dia memang tidak seseksi pacar Ayah yang lain. Dia bahkan wanita paling tua yang pernah Ayah kencani. Namun, hanya dengan mendengar suaranya, penisku langsung menegang minta dikeluarkan dari sangkarnya. Jika sudah begitu, satu-satunya cara yang bisa kulakukan hanyalah dengan masturbasi.

"Ben," panggil Ayah dari arah ruang tamu sukses menyentakku. Sudah dua hari ini Ayah tidak pulang. Entah ke mana dia pergi, yang jelas pasti bersama Vero.

Sialan. Membayangkannya saja membuatku sedikit cemburu. Ralat, tapi sangat cemburu.

"Seminggu ke depan aku harus ke New York. Ada klien yang harus aku temui."

Dia berkata tanpa basa-basi. Aku hanya manggut-manggut, sedikit acuh tak acuh.

"Apa kau bisa membantuku menjaga Vero selama aku pergi?"

Aku yang awalnya santai, mendadak jadi kaget mendengar pertanyaan Ayah.

"Apa maksudmu dengan menjaga?" tanyaku balik. Jantungku tiba-tiba saja bergemuruh kencang.

"Dua hari yang lalu dia kecelakaan. Tangan kanannya cedera sampai harus di-gips."

Wait. Vero kecelakaan?

"Diam tanda setuju," celetuk Ayah tiba-tiba. "Sore ini datanglah ke rumahnya. Aku sudah bilang ke Vero dan dia mengizinkanmu menginap di sana seminggu."

Tunggu! Menginap? Oh tidak, aku rasa itu ide buruk.

Aku bisa gila!

***

Dengan sedikit gugup, aku menekan bel rumah Vero. Tak butuh waktu sepuluh detik, pintu di depanku terbuka, lalu muncullah sosok Vero dengan senyum ramah yang membuat kakiku melemah.

She's fucking beautiful. Bagaimana mungkin ada wanita secantik ini di usianya yang ke-43 tahun?

"Oh, Ben! Masuklah," sambutnya sembari membuka pintu rumahnya lebar-lebar, seolah sedang mempersilakanku untuk masuk.

"Bagaimana keadaanmu?" Aku memasuki rumahnya sambil sedikit berbasa-basi. Vero tertawa lalu memamerkan tangan kanannya yang dibalut gips.

"Seperti yang kau lihat. Maaf harus merepotkanmu, Ben."

Aku menggeleng kaku. Ini memang sedikit merepotkan. Melihatnya tersenyum seperti ini saja membuatku ingin mencium dan merasakan manis bibir ranumnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selama seminggu ke depan. Bisa jadi, aku harus masturbasi setiap malam sambil membayangkan wajah Vero.

Mataku menelisik turun menuju tubuh kecil Vero yang hanya berbalut piyama berkancing. Dari balik kain tipis itu, aku bisa melihat dua tonjolan kecil yang mengintip malu-malu di bagian dadanya. Aku refleks menelan saliva.

Man & Desire [2nd Desire Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang