My Secretary (1)

7.4K 237 0
                                    

Lidahku terus mencumbu gumpalan payudara di depan mukaku ini dengan rakus. Aku menjilat, menggigit, mengulum, dan menyedot setiap jengkal kulit telanjang itu seperti bayi kehausan. Putingnya yang mencuat keras membuatku semakin memelintir dan meremasnya gila-gilaan.

"Saya ketagihan sama susumu."

"Mereka ... punya Bapak ...."

Gadis di pangkuanku itu mendesah sambil menjambak rambutku kasar, seolah menyuruhku untuk terus memberikan kenikmatan pada kedua bongkahan payudaranya. Bokongnya yang masih tertutup rok span itu hampir menggesek kejantananku, tapi aku buru-buru menahan pinggulnya.

Sebelum permainan bergerak semakin panas, aku pun segera melepas sedotanku di atas gunung kembarnya. Dia menggeram kecil, seolah kecewa dengan keputusanku ini.

"Kita masih harus meeting lima belas menit lagi. Masa saya lebih hafal dari kamu?" tanyaku sambil mencolek putingnya gemas menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggodanya.

Wanita di depanku ini mengerucutkan bibir lucu sekaligus seksi. Kalau saja tidak ada meeting, aku pasti akan melahap bibir ranumnya itu lalu menyetubuhinya habis-habisan sekarang juga.

"Padahal saya kangen," katanya sambil mengusap kejantananku yang masih tertutup celana kain. Aku nyaris menggeram.

Seminggu dinas ke luar negeri memang menyiksa. Penisku juga rindu sarangnya, dia sangat ingin main di sana. Karena tidak tahan dan waktu super mepet, aku cuma bisa menyusu di pagi hari sebagai pemanasan.

Lagi, sebelum kami bergerak semakin jauh, aku pun segera menahan tangannya lalu mengajaknya untuk bangkit dari kursi kerjaku.

"Mau main game?" tanyaku. Matanya sontak berbinar.

"Hadiahnya?"

"Apa pun yang kamu mau. Kalau kalah, saya kasih kamu hukuman."

Dia menggigit bibir sensual, sepertinya sangat tertarik dengan tawaranku.

"Saya harus ngapain?"

"Pakai kemejamu. Tanpa bra. Kalau saya bisa melihat putingmu mengeras dari balik kemejamu, berarti kamu kalah."

Jawabanku sukses membuatnya tergelak. Tanpa berpikir dua kali, dia pun memungut kemeja putih miliknya yang sedikit transparan lalu mengancingnya satu per satu dengan cepat. Setelah itu, dia beringsut mendekatiku lalu memasukkan bra merah berendanya di saku jasku.

"Saya tunggu hadiah dari Bapak," bisiknya sambil sedikit menggesek dada sintalnya dengan dadaku.

"Gadis nakal. Saya pastikan kamu dihukum habis-habisan malan nanti."

***

Namanya Brenda, wanita 26 tahun yang sudah dua tahun ini jadi sekretarisku, seorang CEO dari start up yang bergerak di bidang teknologi. Aku sangat ingat kapan pertama kali kami bercinta. Tepatnya lima bulan lalu saat Brenda menemaniku lembur di ruanganku.

Waktu itu, aku tidak sengaja menumpahkan kopi di kemeja putihnya. Lebih tepatnya di bagian dada, di bagian tiga kancing teratasnya.

Brendaㅡentah sengaja atau tidak, dan aku sama sekali tidak peduliㅡrefleks membuka tiga kancingnya yang basah itu hingga membuat belahan dadanya yang sintal terekspos di depan mataku. Pandanganku sama sekali tidak bisa lepas dari gunung kembarnya yang sesak terimpit bra.

Saat itu, satu-satunya yang terlintas di pikiranku cuma satu. Aku ingin Brenda melepas bra sialan yang membungkus payudaranya.

Aku masih terpaku, tubuhku masih membeku saat tangan Brenda menyentuh bagian depan bra-nya. Tak lama kemudian, aku bisa melihat dua puting mencuat dari balik bra tersebut. Kejadian itu sangat cepat sampai aku tidak bisa berkata-kata.

Man & Desire [2nd Desire Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang