My Friend's Daughter (2)

47.9K 382 4
                                    

Dengan tak sabaran Jessica segera melucuti kemeja sekaligus bra-nya hingga payudaranya terpampang di depan mataku. Kedua putingnya mencuat dan menegang sempurna berkat remasannya sendiri di sepanjang perjalanan kami tadi.

"Seksi," bisikku sambil memilin kedua putingnya gemas. Sesekali kujepit puncak dada itu menggunakan jempol dan telunjukku lalu menariknya lembut hingga Jessica melolong keenakan.

"Ma ... masukin ...."

"Ke mana?"

"Mulut kamu."

Tanpa menunggu jawabanku, Jessica segera memajukan tubuhnya lalu menyodorkan susunya itu ke mulutku agar kukulum. Aku menyeringai kecil sebelum menjilat puting kanannya menggunakan ujung lidahku, sedikit bermain-main di sana untuk menggodanya.

"Belvan ... please ...," pintanya putus asa. Pinggulnya semakin bergerak dengan gelisah akibat vibrator yang masih bergetar di dalam vaginanya. Wajahnya sudah semerah tomat akibat nafsu yang membara.

"Sudah tahu kesalahanmu hari ini, Mademoiselle?" tanyaku.

Jessica mengangguk, membuatku segera mengulum dan menyedot dadanya kasar hingga jeritan nikmatnya memenuhi setiap sudut mobilku. Kanan dan kiri, semua payudaranya kucumbu habis sampai basah dan meninggalkan tanda kemerahan di sana.

Tanganku beringsut turun menuju kewanitaan Jessica. Dengan sekali tarik, aku pun melepas vibrator yang bersarang di sana lalu membuangnya ke sembarang arah. Peduli setan benda itu masih bergetar. Sejujurnya, aku juga sudah tidak bisa menahan diri sejak awal. Penisku ingin segera masuk ke dalam cengkeraman lubang kenikmatannya yang hangat dan sempit.

Bibir dan tanganku masih asyik mencumbu dada sintal Jessica saat jemari lentiknya turun menuju ritsleting celana kainku. Dengan sekali gerakan, dia berhasil meloloskan kejantananku yang menegang dari balik boxer. Tangan kecilnya mengurut penisku lembut sebelum memasukkannya ke dalam liang senggamanya.

Jessica melenguh kuat merasakan penis tegangku memenuhinya. Dia hampir menggerakkan pinggul, tapi aku buru-buru menahannya.

"Siapa suruh kamu memimpin permainan?" cegahku.

Jessica terperenyak. Dari matanya, dia melemparkan protes. Jessica nyaris membuka mulut untuk bersura, tapi aku sudah lebih dulu mendorong kejantananku dengan kuat hingga dia menjerit kencang sambil mendesah kuat.

"Belvan!"

Di setiap sodokan yang kuberikan, Jessica terus meraungkan namaku. Tubuhnya melambung tinggi hingga ubun-ubunnya nyaris membentur langit-langit mobil. Tangannya yang menganggur meremas kedua dadanya kasar sambil sesekali menarik putingnya kencang.

"Belvan ...." Jessica terisak, sementara aku terus menggoyangkan pinggulku, menghunjam liang senggamanya intens. "A-aku ... mau ...."

Perut bawah sampai kaki Jessica bergetar hebat. Tak lama kemudian dia kelojotan sembari memuntahkan cairan cinta yang entah sudah menyembur bertubi-tubi di sepanjang hari ini. Vibrator sialan yang kugunakan memang sudah menggagahinya habis-habisan sejak pagi tadi.

Napas Jessica memburu kencang. Wajahnya basah dipenuhi peluh dan air mata, membuatnya terlihat ratusan kali lebih seksi. Aku suka melihat wajah horny Jessica. Aku ingin menggodanya lagi.

"Saya belum keluar," ujarku.

Jessica menggigit bibir merasakan penisku yang masih menegang di dalam liang kewanitaannya. Satu lenguhan yang lolos dari bibirnya membuatku sontak tertawa.

"Saya cuma menggerakkan pinggul, Jessica."

"Tapi penis kamu yang gede itu nyodok di dalam sana," katanya frustrasi.

Man & Desire [2nd Desire Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang