Aku tidak menyangka bahwa pertemuanku dengan Jessica di kapal pesiar bisa membawa kami menuju hubungan yang tak biasa. Gadis yang usianya 22 tahun lebih muda dariku itu adalah anak dari rekan bisnisku sendiri. Dan kami sudah menjalin hubungan "gila" berkat pertemuan tak terduga itu.
Mentor with benefit, begitu kami menyebutnya. Jessica akan belajar apa pun tentang bisnis padaku. Sebagai gantinya, dia akan mendapatkan kenikmatan seks dari "pria tua" sepertiku. Kenikmatan bercinta yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Kenikmatan yang membuatnya kecanduan, membuatnya ingin terus mengulang pertemuan pertama kami di kapal pesiar dua bulan yang lalu.
Well, Jessica sendiri yang mengatakannya.
Mobilku memasuki pelataran rumah mewah Jessica. Tak berselang lama, dia pun memasuki mobilku dengan senyum semringah. Hampir seminggu kami tidak bertemu karena kesibukanku. Aku sangat merindukannya.
"Hai."
Jessica menyapaku lebih dulu sambil mencondongkan tubuhnya, membuat mataku refleks turun menuju bongkahan dada Jessica yang hanya dibalut kemeja putih super ketat. Belahan dadanya tercetak jelas di sana.
"Kau akan menghadiri kunjungan kerja dengan pakaian ini, Mademoiselle?" tanyaku santai, meski kejantananku di bawah sana sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama.
"Kenapa? Terangsang?" tanya Jessica to the point. Tangan Jessica terulur menuju dadaku lalu membelainya lembut. "Kita masih punya waktu satu jam lagi. Cukup, kan?"
Sebelum jemari lentiknya sampai di pangkal pahaku, aku sudah lebih dulu mencengkeranya erat. Ada satu peraturan yang tidak bisa aku abaikan saat menjalin hubungan dengan Jessica.
"Patuhlah padaku, and I will give you everything you want."
Aku tidak mau terlena di bawah kuasanya. Jessica, harus berada dalam genggamanku.
"Katakan, Belvan. Katakan apa yang harus aku lakukan," katanya. Wajahnya berubah jadi serius. Aku tahu, dia menginginkanku.
Mataku kembali turun menelisik setiap jengkal tubuhnya hingga berhenti di kaki Jessica yang hanya tertutup selembar rok ketat yang tak mampu menutupi setengah bagian pahanya.
"Lepas celana dalammu."
Jessica tidak melawan. Dengan cepat dia melepas celana dalamnya. Setelah mengambil alih thong merah menyala itu, aku pun memasukkannya ke dalam saku jasku.
Aku membuka dashboard mobil lalu mengambil sesuatu dari sana. Sebuah barang yang sontak membuat mata Jessica membola tak percaya.
"Buka kakimu," ucapku. Jessica tersentak kecil sebelum akhirnya membuka kakinya lebar-lebar hingga aku bisa melihat vagina tanpa bulu miliknya yang menjadi favoritku selama dua bulan belakangan.
Kumasukkan vibrator yang sudah kusiapkan ke dalam liang senggamanya. Aku sengaja memberikan sedikit sentuhan pada klitorisnya, dan aksiku itu sukses membuat Jessica melenguh kecil.
Aku menyeringai lalu mengambil remote control dan memutar getaran paling rendah pada vibrator di dalam lubang vagina Jessica.
"Oh ...," lenguh Jessica. Kakinya refleks merapat, membuatku semakin mengulas seringai penuh kemenangan.
"Suka?" tanyaku sambil mengusap pangkal pahanya. Jessica menggeleng.
"Aku lebih suka penismu yang ada di dalam sana, Belvan. Ini ... menyiksa."
Aku tersenyum kecil. "Tentu kau akan mendapatkan apa yang kau mau, Mademoiselle. Tapi nanti, setelah kunjungan ini berakhir," ujarku menjeda. "Getaran di vibratormu akan bertambah setiap kau tidak bisa menjawab pertanyaanku saat sesi kunjungan nanti. Jadi, persiapkan dirimu, Young Lady."
KAMU SEDANG MEMBACA
Man & Desire [2nd Desire Series]
Romance"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Happy reading🌻