01. Ini (bukan) Prolog

77 17 62
                                    

Alooww, Ders! Mari, ulang kembali kisah ini lagi. Kali ini, dengan versi terbaik yang aku buat.

Kenalan dulu kita, aku fii. Call me fii not Thor atau apapun itu. Siapa nama kalian?

Sudah siapkah? Happy reading, Ders!

.

Bersama sudah lama namun, baru bertemu dan didekatkan. Pertemuan itu tidak harus diawal, kadang bisa disaat perjalanan atau diakhir untuk kembali memulai.

.

Suasana kantin di jam istirahat memang ramai, hampir seluruh siswa-siswi berada di sini. Terlihat dibarisan meja bagian kanan, seorang gadis berbandana abu-abu berambut terurai panjang tengah menopang dagunya, memperhatikan seorang gadis bertubuh pendek dengan rambut sebatas lengan tengah memesan di gerobak batagor dan dia tidak sendirian, ada beberapa yang ikut mengantri juga beberapa kakak dan adik kelas datang menghampirinya dan memberikannya cokelat.

"Tuh bocil tumben pesen makan sendiri, ada apa gerangan?"

Gadis itu terperanjat kaget saat seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan menggunakan almamater kebanggaannya, tiba-tiba duduk disampingnya sambil meminum es jeruk pesanannya.

Cowok itu terkekeh tanpa rasa berdosa setelah melihat ekspresi gadis itu. "Tumben berdua, Lista kemana?" tanyanya lalu melipat kedua tangannya diatas meja.

"Dia ke toilet tadi, abis pelajaran matematika jadi wajar, mungkin dia muntah abis liat angka-angka," jawab gadis itu menjelaskan.

Cowok itu menganggukkan kepalanya paham. "Lo jadi daftar peserta seleksi olimpiade?"

"Iya, kemarin gue kasih formulirnya ke Bu Ika, dia keliatan seneng banget liat gue ikutan daftar," sahut gadis itu sambil menghela nafas pelan, ia sedikit ragu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta seleksi. Jika bukan karena bujukan Bu Ika—selaku guru matematikanya—serta kedua sahabatnya, Callista dan Lala mungkin ia akan mengembalikan formulir itu dalam keadaan kosong kemarin.

"Sa, woy!"

Gadis itu, Adinda Safira Renata dan cowok yang bersamanya, Fazli Virgo Angkara. Keduanya sama-sama menoleh setelah gadis yang tadi diperhatikan oleh Safira itu memanggilnya.

Safira menghela nafasnya, beranjak dari duduknya lalu melangkah menghampiri sahabatnya, Lala Anavella Lengkara.

"Mandiri ya, sayang. Jangan manja!" Lala melangkah pergi meninggalkan Safira dengan sebuah nampan bersama sepiring batagor dan jus alpukat pesanan Safira.

Lala tidak bersikap lebih baik, dia hanya sekedar memesankan pesanan sahabatnya, tau begitu Safira ikut memesan tadi daripada harus bolak-balik. Akhirnya Safira mengambil nampannya lalu membawanya pergi kembali ke mejanya.

"Loh, gak nge-babu, Nil?" tanya Lala saat melihat Fazli duduk di meja yang sama dengannya dan Safira.

"Nil, lagi?" Fazli tidak menggubris pertanyaan Lala, wajahnya menatap datar gadis itu.

"Nil-nil, kudanil! Mulut lo 'kan lebar kayak tuh hewan," kata Lala tanpa wajah berdosa, ia meraih sebungkus cokelat dari banyaknya cokelat yang ia dapatkan dari beberapa kakak kelas dan adik kelas tadi.

"Yee, bocah!" balas Fazli tak terima, cowok itu malah mencomot cokelat lain yang ada dihadapan Lala tanpa permisi.

"Gak sopan, maling!" cerca Lala tak terima sambil menatap tajam cowok itu, Fazli mengedikkan bahu santai lalu membuka bungkus cokelatnya dan langsung memakannya dengan wajah datar.

RATALA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang