09. 4 April

25 5 131
                                    

Alooo, Dersayang. Lama gak jumpa, how are you? Semoga baik dan menyenangkan.

Happy reading, semoga sukaa.

.

"Selamat ulang tahun untuk si pecinta bintang yang sekarang udah jadi bintang."

Callista Anala Claudia

.

Sekarang adalah hari Minggu, dimana setiap  sekolah pasti libur. Di halaman rumah Callista, gadis itu tengah menyiram tanaman dan di teras rumah juga terdapat Dion dan Fazli yang menikmati bakso goreng buatan Vania sambil memperhatikan Callista.

"Semoga hari ini berjalan lambat," kata Dion berdoa sambil menyuap bakso gorengnya.

"Gak mungkin. Yang namanya hari libur pasti cepet, kedip dikit eh udah Senin lagi." Fazli tidak ada salahnya, hari libur selalu berjalan paling cepat diantara hari sibuk lainnya. Benar-benar tidak adil bukan?

"Makanya aku doain biar lama," balas Dion tak mau kalah, Fazli menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi.

Callista menghampiri keduanya lalu melihat bakso goreng di piring yang masih tersisa dua tusuk, segera ia mengambil piring tersebut.

"Kak Lis, punya Dio!" protes Dion kesal, alisnya menekuk tajam karena marah, mulutnya masih sibuk menguyah bakso.

"Abisin dulu yang di mulut, serakah lo." Callista menyuap baksonya, Dion menggerutu kesal dan Fazli yang tertawa pelan melihat tingkah keduanya.

"Hari ini ada rencana apa, Lis?" tanya Fazli sambil mengelus tangannya yang masih di gips, gadis itu menoleh kearahnya, mulutnya masih sibuk mengunyah lalu menelan makanannya.

"Hari ini tanggal 4 April."

Fazli tertegun, ia mengerti apa maksud Callista. Tatapannya menerawang ke arah langit yang terlihat cerah berawan.

"Gue tau," katanya dengan nada pelan.

"Selamat ulang tahun, Bang Albian. Semoga di surga bahagia, Dion kasih hadiah doa aja ya."

Fazli dan Callista mengalihkan pandangannya ke arah Dion, anak laki-laki itu terlihat melantunkan surat alfatihah lalu mengusap wajahnya.

"Dion udah kirim alfatihah buat Bang Albian, sekarang Dion mau nonton Upin Ipin dulu," pamit Dion sambil menatap kedua remaja itu, ia beranjak dari kursi lalu masuk ke dalam rumah.

Fazli menyunggingkan senyumannya. "Dion baik banget," katanya. "Kita juga mau kirim alfatihah buat Bang Albian, kan, Ta?"

"Pasti." Callista menganggukkan kepalanya. Tangan gadis itu bergerak untuk meraih liontin kalung yang melingkari lehernya, itu hadiah dari Albian di hari ulangtahun Callista tahun lalu.

"Bang Faz?" panggil Callista sambil menoleh ke arah Fazli. Laki-laki itu terlihat menatap Callista dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Tadi malam, Bang Albian mampir ke mimpi gue. Dia minta sesuatu buat kado ultahnya," lanjut Callista sambil menggenggam liontin kalungnya. "Katanya itu terakhir kalinya dia mampir."

Fazli diam. Nampak mencerna kata-kata Callista, matanya mengamati wajah Callista. "Dia minta kado apa, Ta?"

.

Safira berada di dapur rumahnya, ia tengah mencuci piring setelah sarapan bersama. Ia mencuci piring bersama Bulan, Naura tengah memberi makan kucing dan kelinci peliharaannya dihalaman belakang, Ayra juga sibuk menjemur cucian bajunya dan Satria yang sudah pergi ke mebel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RATALA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang