04. Quality Time : Kebersamaan

23 6 121
                                    

Aloow, Ders!  Selamat hari jum'at buat kalian yang manisnya gaada obatt, cihuyyyy!

Happy reading, Ders!

.

Dunia bukannya tidak adil, semesta bukannya jahat tapi, itu takdir. Manusia hidup berdasarkan takdirnya.

.

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Callista dan Safira sekarang sudah ada di balkon kamar milik Lala, keduanya sama-sama diam seraya menatap langit yang terlihat sangat cerah dengan kelap-kelip bintang yang senantiasa menemani sang rembulan.

"Gue kangen Bang Albi, Ra." Itu adalah suara Callista, gadis itu nampak menerawang jauh ke langit. "Bang, lo kangen gue gak?"

Mereka sampai kurang lebih 20 menit yang lalu, Fazli pamit pulang karena di rumah Olivia hanya sendirian. Papanya masih di luar kota akibat pekerjaannya. Jadi, cowok itu bertanggungjawab untuk menjaga sang Bunda.

"Dia pasti juga kangen lo," kata Safira sambil menoleh sekilas ke arah Callista, lalu perlahan mendekat dan merangkulnya.

Albi, Albian Reksadana. Itu nama lengkapnya, abang dari seorang Callista Anala Claudia. Cowok itu sudah pergi menghadap Tuhan satu tahun yang lalu, Tuhan sangat menyayangi cowok itu hingga menyuruhnya pulang lebih awal bahkan tak pamit kepada Callista sekalipun.

"Dia suka bintang, katanya indah." Callista ingat betul dengan kebiasaan Albi sebelum cowok itu tidur, melihat bintang. Kenangan bersama cowok itu kembali berputar di memori kepalanya.

"Bang? Kok gak tidur?" Callista yang saat itu terbangun dari tidurnya melihat Albi sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit. Callista tadi mengajak Albi untuk menonton pertandingan bola dan berakhir ketiduran di kamar cowok itu.

"Liatin bintang dulu, Nala." Albi menjawab tanpa menoleh, cowok itu tersenyum ke arah langit, benar-benar indah.

Nala merupakan nama panggilan kesayangan yang Albi berikan kepada Callista, ia lebih suka memanggil adik perempuannya itu dengan nama tengahnya, Anala, singkatnya Nala.

"Emangnya lampu proyektor lo gak cukup?" tanya Callista sambil beralih menatap pantulan dari lampu proyektor milik cowok itu di langit-langit kamarnya.

"Lebih seru aslinya, Na."

"Sekarang dia yang jadi bintang." Callista tersenyum getir dan tersadar dari ingatannya tentang Albi dan kesukaannya, bintang di langit malam.

Safira menopang kedua tangannya diatas pagar pembatas balkon, mengamati bintang. Terlihat sangat indah, Tuhan tidak pernah gagal menciptakan sesuatu.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo, ini agak sensitif tapi gue penasaran." Safira menoleh ke arah Callista yang meletakkan kedua tangannya di depan dada.

"Soal Angga?" tanya Callista, Safira menganggukkan kepalanya sepertinya gadis itu bisa menebak isi pikirannya.

Callista menoleh ke arah Safira yang serius menatapnya, penasaran dan menunggu jawaban dari gadis itu.

Angin dingin berhembus menerbangkan surai panjang milik Safira dan poni milik Callista yang sama-sama diam. Yang satu berpikir untuk memulai jawaban atas pertanyaan yang diberikan dan yang lain menunggu jawaban untuk menghilangkan rasa penasaran.

"Heh, kalian!"

Keduanya menoleh dan sedikit terkejut akibat pemandangan yang mereka lihat. Lala dengan masker wajah yang tertempel diwajahnya, benar-benar membuat kaget, apalagi masker itu berwarna hitam.

RATALA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang