08. Ketika Hujan Di Sekolah

29 7 152
                                    

Aloww! Kita ketemu lagi, apa kabar kamuuu?

Happy reading ya? Mogaa sukaaa, mwah.

.

"Hujan itu hal yang menyenangkan dan menyakitkan secara bersamaan, Rara."

Muhammad Zayyan Bagaskara

.

Pagi ini, cuaca terlihat berawan. Sinar matahari tidak menunjukkan dirinya untuk menyinari bumi membuat udara hari ini terasa sejuk.

Di dalam sebuah mobil sedan mewah yang dikendarai oleh Arya dan disampingnya dan terdapat Lala yang tengah asik meng-scroll sosmed-nya.

"Nanti telpon gue aja kalo udah pulang," kata Arya memulai percakapan setelah keheningan yang cukup lama membuat suasana di dalam mobil menjadi sedikit horor.

"Beres." Lala mengacungkan jempolnya. "Btw, nanti mau ngapain aja, Bang?" tanya Lala sambil menoleh ke arah Arya yang masih fokus pada jalanan.

"Gak tau, mungkin gue mau lihat-lihat Mama pemotretan atau mampir ke perusahaan Papa bentar, sekalian keliling toko kue punya Tante Olivia sama restoran punya Tante Vania, numpang makan ke rumah Tante Ayra gak buruk juga, pokoknya gue mau jalan-jalan."

"Sekalian keliling Indonesia, Bang. Semuanya lo sebutin," cibir Lala sambil memutar bola matanya malas. "Tapi, awas aja lo, kalo lupa jemput gue!"

"Tenang aja, gak akan lupa. Ya kali gue lupa sama lalat berguna kayak lo." Arya terkekeh pelan, Lala langsung melotot ke arah Arya sambil mendengus kesal.

Arya tiba-tiba mengingat soal Fazli. "Gue belum jenguk Fazli, kayaknya nanti gue ke rumahnya aja."

"Terserah sih, tapi ada baiknya, kasian pasti dia kesepian," kata Lala sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Di depan sana sudah terlihat gerbang sekolah Buana. Suasananya juga cukup ramai, mungkin karena sekarang sudah jam siswa-siswi biasanya datang. Arya menghentikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah, lalu keluar dari mobil lebih dulu.

"Thanks, Bang Yaya!" Lala tersenyum kepada Arya yang membukakan pintu mobil untuknya, gadis itu turun dari mobil.

"Bang Yaya?" tanya Arya seraya menaikkan satu aslinya. Apa-apaan nama itu? Lala pikir ia adalah perempuan di sebuah kartun yang suka membuat biskuit paling enak, sangking enaknya sampai-sampai orang yang memakannya pingsan?

"Panggilan kesayangan, kan gue sayang sama lo." Lala tersenyum tanpa dosa.

"Sayang pas ada maunya doang." Arya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Minimal tau terimakasih, capek-capek gue buatnya loh," gerutu Lala menatap sinis Arya.

"Iya-iya, makasih dedek lalat. Sekolah yang bener ya, nanti gue jemput lagi," ucap Arya sambil tersenyum, tangan kanannya bergerak mengusap puncak kepala Lala.

Semua interaksi keduanya tak luput dari pandangan siswa-siswi sekolah Buana. Termasuk dari sepasang mata yang berada di warung sebrang sekolah, matanya mengamati gerakan keduanya lalu terlihat menghela nafas saat mengetahui jika Arya adalah abang Lala. Tak banyak yang tau, karena Arya jarang sekali terlihat.

Di gazebo di dekat gerbang sekolah, ada Safira dan Callista yang menunggu kedatangan Lala, kedua saudara itu menoleh ke arah mereka berdua saat Safira melambai-lambaikan tangannya. Lala mencium tangan Arya lalu ikut melambaikan tangannya dan menghampiri kedua sahabatnya.

RATALA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang