07. Manusia Dengan Takdirnya

27 5 113
                                    

Alooowww, Ders! Kembali lagi kita, bagaimana harinyaa? Menyenangkan atau tidak menyenangkan? Semoga selalu menyenangkan.

Semoga sukaa sama bab kali ini, aamiin.

Happy reading, Ders!

.

"Semoga untuk yang selalu hadir, akan jadi sosok yang berakhir menjadi takdir."

Fazli Virgo Angkara

.

"Bukan cuma lo aja yang kehilangan, Ta. Gue juga, Mama gue juga pergi ninggalin gue." Angga memegangi kedua bahu Callista saat gadis itu mencengkram kerah bajunya. Dadanya naik-turun, menatap sendu wajah Callista yang memerah akibat menangis.

Keduanya sekarang berada di pemakaman Albi dan Lestari. Hanya ada Angga, Callista dan Fazli yang hanya diam memperhatikan keduanya, karena yang lain sudah lebih dulu pulang.

"Gue minta maaf. Gue tau, dengan maaf Bang Albi gak bisa balik tapi, gue beneran minta maaf. Harusnya gue gak ajak Bang Albi ke rumah, kemarin.." Angga menurunkan kedua tangannya dari bahu Callista, berucap dengan nada rendah, Angga benar-benar merasa bersalah dan menyesali permintaannya pada Albi untuk datang ke rumahnya.

Callista mendorong tubuh Angga hingga cowok itu mundur beberapa langkah. "Gue benci lo, Ga."

Fazli mendekat ke arah Callista lalu merangkulnya, gadis itu kembali menangis saat Fazli mengajaknya untuk pulang.

"Gak mau pulang, mau sama Bang Albi! Lepasin gue!" kata Callista memberontak, ia menatap gundukan tanah yang masih basah, dimana Albi berada di sana sekarang.

"Bang Albi!"

Angga membuka matanya dan spontan beranjak duduk. Ia terbangun akibat bermimpi dimana saat di pemakaman Albi dan Lestari dan itu menganggu tidurnya.

Cowok itu sudah pulang ke rumah tadi pagi, atas permintaannya dan Henny menurutinya. Setelah kejadian di taman rumah sakit semalam, Callista langsung pergi disusul oleh Safira dan Lala.

"Maaf.." Lirih Angga pelan sambil mencengkram erat selimutnya. Cowok itu menghela nafas dan akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, lalu berjalan masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Angga tidak diijinkan untuk pergi ke sekolah oleh Henny dan sekarang dia sendirian di rumahnya. Ya, Angga hanya sendirian. Henny sudah lama ditinggal meninggal oleh suaminya dan ia tidak memiliki anak, wanita itu sekarang menganggap Angga seperti anaknya sendiri.

Suara ponsel berdering diatas nakas membuat Angga yang baru keluar dari kamar mandi langsung mendekat, untuk melihat siapa yang menelpon.

Bi Henny.

Nama yang tertera di sana, Angga segera menggeser icon hijau dan panggilan telponnya langsung terhubung.

"Halo, assalamu'alaikum. Kenapa, Bi?" tanya Angga memulai percakapan lebih dulu.

"Wa'alaikumussalam. Kamu baru bangun atau sudah bangun dari tadi, Ga? Maaf kalo Bibi gangguin kamu istirahat," balas Henny dari sebrang sana, Angga menoleh ke arah jam dinding di kamarnya. Pukul sebelas siang, biasanya itu adalah waktu istirahat anak-anak Buana.

RATALA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang