chapter 8

69 9 0
                                    

Author ingatkan sekali lagi bahwa ini hanya cerita fiksi/karangan author semata. Tidak untuk menyinggung negara/organisasi manapun, jikapun ada kata-kata yang menyinggung author minta maaf
.
✨Terimakasih✨
~Happy Reading 📖 ~

###

Paman Rajendra kini menatap kearah Indonesia kemudian kembali menatap paman WHO yang sedang memeriksa obat-obatan yang ia bawa.

"Bagaimana penyembuhannya?" tanya paman Rajendra sambil bersandar di meja kerja paman WHO.

"Berjalan lancar, hanya saja inti retakan nya masih belum bisa di sembuhkan." jelas paman WHO sambil masih memeriksa obat-obat nya.

"Jika saja inti retakan nya bisa disembuhkan mungkin sejak dulu tara bisa sembuh dengan baik" gumam paman Rajendran yang masih bisa didengar oleh paman WHO.

Kini paman WHO dan paman Rajendra WHO melihat ke arah Indonesia dan rusia, melihat interaksi antara keduanya.

"Kak rusia, ayo pulang" ajak Indonesia sembari berdiri dari tempat duduknya menuju paman WHO.

"Ini, minumlah obatnya selepas kau pulang kerumah nanti. Dan Rajendra sudah menyamarkan obat-obat ini menjadi obat-obat vitamin. Satu lagi ku harap kau tetap meminumnya dengan rutin. Akan repot jika tubuhmu mengalami retakan lagi" jelasnya panjang lebar kepada Indonesia sembari menyodorkan obat-obatan tersebut, Indonesia pun mengambilnya.
"Terimakasih paman"

"Sama-sama"

"Nusa ayo aku akan mengantarkan mu pulang kerumah, cepatlah" kini rusia sudah berada di depan pintu ruangan paman WHO. Tiba-tiba saja paman WHO kepikiran sesuatu. "Sebentar, dimana kau tinggalkan sekarang? Para pelayanan bukannya mencarimu?"

"oh, aku lupa memberitahukan padamu paman." ucap Indonesia sambil menepuk dahinya sendiri "aku sekarang tinggal dirumah paman ASEAN, jadi kalau pelayanku datang menemui paman lagi katakan saja kalau aku tinggal dirumah paman ASEAN."

"Baiklah, jaga dirimu disana. Jangan menjadi anak bandel, paham? "

"Aku paham. Kalau begitu permisi"

Kini Indonesia berjalan mendekati rusia yang sudah mulai berjalan lebih dulu didepannya. Tanpa menengok ke belakang lagi kini Indonesia menutup pintu ruangan paman WHO.

Lenggang sejenak diruangan itu. Kini yang tersisa hanya paman WHO dan paman Rajendra.

"Dia sudah besar ya" ucap paman Rajendra sambil menatap paman WHO "iya, hanya saja pikirannya masih terlalu kacau, akan sulit untuk melepaskan diri pada masa lalunya. Ia terlalu berlarut pada masa kelamnya itu"

"Sepertinya begitu, yah kuharap dia baik-baik saja hingga ia bertemu dengan orang yang ingin ia temui"

"Ku harap begitu"

"Kalau begitu aku harus kembali bekerja kawan, sampai jumpa lagi WHO" kini paman Rajendra pergi dari  ruangan paman who.

Lenggang sejenak diruangan itu. Paman who kini mengeluarkan sesuatu dari laci meja miliknya. Sebuah bingkai foto yang dihias dengan motif bunga melati. Sebuah foto yang terpajang disitu adalah foto miliknya, nesiantara, nusantara dan 1 lagi adalah murid kesayangannya yang bahkan sudah ia anggap sebagai anaknya juga.

"Aku merindukan masa-masa kita bersama anak-anak"

###

Mobil kini melaju dengan stabil di jalan raya. Tidak ada topik pembicaraan yang mereka perbincangkan saat mereka keluar dari rumah sakit. Mereka sibuk pada kegiatan mereka masing-masing.

The broken mental//CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang