Sebelas

24 6 4
                                    

Lama gak update, ada yang masih setia sama stroy ini? hehehew









"Ah... masa lalu. Sungguh indah, namun menyakitkan."

Kembali ke masa kini, Chanyeol tersenyum kecil kala mendengar ceritaku. Benar, masa lalu memang indah untuk dikenang, tapi sakit untuk diingat.

"Karakter Jongdae sudah terbentuk dari belia," aku mengangguk membenarkan, "pasti dia sudah mengalami banyak sekali cobaan, sehingga mentalnya kuat. Tidak sepertimu."

Chanyeol adalah orang paling ceplas ceplos dari semua orang yang kukenal. Sudah berapa kali aku mendapat sindirian darinya hari ini. Mungkin, karena dia sudah pernah bertemu Jongdae dan mengerti bagaimana kisah hidupnya. Ditambah ceritaku, membuat Chanyeol kini mulai menyalahkanku akan banyak hal.

Pertama, keegoisanku membuat teman-teman Jongdae menderita.

Kedua, iri dengkiku yang hingga saat ini belum hilang.

Rasa kecewa Chanyeol terus terasa sampai aku pulang dari Rumah Sakit. Seperti saat aku dan dia mengurus administrasi, Chanyeol tampak diam, bahkan dia menyuruhku menandatangani surat pelunasan biaya padaku. Padahal, biasanya Chanyeol selalu mengurus semuanya tanpa bantuanku.

"Chanyeol, apakah kamu marah padaku?" tanyaku takut-takut.

"Tidak. Aku tidak marah, tidak kecewa, tidak apa-apa," jawabnya singkat.

"Chan, aku benar-benar menyesal dengan kejadian Jongdae," sesalku sekali lagi.

"Sekali lagi kamu mengatakan hal itu, aku akan memukulmu," ancam Chanyeol padaku. Aku kembali diam seribu bahasa.

"Aku tidak peduli masa lalumu dengan Jongdae seperti apa, karena aku bertemu kalian saat kita sudah menjadi 1 grup. Jadi, aku hanya peduli denganmu dan Jongdae di masa kita bersama. Namun, entah dengan yang lain, Kyungsoo misalnya," jelas Chanyeol.

Ah, terkait Kyungsoo, anak bermata burung hantu itu tidak menjengukku hingga saat ini. Apakah dia terlalu marah padaku? Sebaiknya aku menemui Kyungsoo untuk meminta penjelasan agar pertemanan kita erat.

"Kau mau ke rumah Kyungsoo? Saranku, jangan. Dia sangat amat teramat marah padamu," ucap Chanyeol, bahkan dia melebih-lebihkan di kata sangat, "kamu tahu sendiri, Jongdae dan Kyungsoo sangat dekat, mereka sudah seperti perangko dan amplop. Jadi, jika kamu ke rumah Kyungsoo, sama saja masuk kandang singa."

"Tapi, Chan. Aku harus menjelaskan semuanya ke Kyungsoo. Aku tidak mau ada permusuhan diantara grup kita."

Aku berkali-kali memelas ke Chanyeol agar diperbolehkan bertemu dengan Kyungsoo. Namun, apa daya, Chanyeol terus menerus menolak. Baiklah, jika dia menolakku, aku akan melakukan hal gila yang tidak pernah dia pikirkan.

***

Suara burung hantu milik Kyungsoo membuatku bergidik ngeri, ditambah angin malam yang berhembus kencang menembus jaket tebalku. Ini rumah apa kuburan? Sungguh menakutkan.

Atau mungkin, karena aku tengah ketakutan bertemu Kyungsoo.

"Oke, tenangkan dirimu. Kyungsoo akan menerimamu dengan baik," ujarku pada diri sendiri.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang