Dua Belas

25 6 2
                                    

"Baekhyun. Besok kita akan bertemu di perusahaan. Lebih baik kamu bersiap."

Kata-kata Kyungsoo membuat bergidik ngeri, seakan dia tahu apa yang akan terjadi pada hari esok. Apalagi, wajahnya barusan tampak menakutkan, seperti seorang pembunuh yang siap menerkam mangsanya.

Apakah aku akan dikeluarkan besok dari grup?

Ah, ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan grupku. Anonym, itulah nama grupku. Anggota dari grup ini terdiri dari Kyungsoo, Chanyeol, aku, dan tentu saja Jongdae. Grup kami bukannlah grup sembarangan, karena setiap dari kami memiliki banyak keahlian.

Dimulai dari Kyungsoo. Dia pandai memikat wanita dengan mata besar dan bibir berbentuk hati. Tak hanya ketampanan saja, Kyungsoo pandai menyanyi dan memasak. Dalam grup, dia berperan sebagai maknae.

Chanyeol, siapa yang tidak kenal dia? Pemilik banyak medali di bidang olahraga, badan atletis bak manusia di cerita fiksi. Sayang, dia sangat cerewet, jadi Chanyeol ditempatkan sebagai main rapper, sesuai kepribadian.

Selanjutnya, tentu saja aku, Byun Baekhyun. Pemilik suara paling indah dari mereka semua. Aku pandai membuat lelucon, selalu menurut pada perusahaan, menari, dan bakat lain. Aku tentu saja tidak mau kalah dari mereka semua, sehingga aku berusaha keras untuk menjadi center. Ya, dan aku berhasil.

Terakhir, sahabatku yang kucintai, Jongdae. Dia terlalu berbakat, kata orang-orang. Menyanyi? Sangat jago, bahkan bisa dibilang paling baik dari kami semua. Musik? Diam-diam, Jongdae melatih dirinya untuk bermain berbagai macam alat musik, sehingga dia pandai memainkan piano, gitar, drum, bass, bahkan alat musik tradisional seperti Gayageum. Jongdae juga pandai menciptakan lagu dan menari, membuat produser kami selalu menganakemaskan Jongdae.

Apakah aku iri? Tentu saja!

Aku adalah center, semua orang harus tertuju dan tunduk padaku. Kasihan Ayahku yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk kami debut serta membayar orang-orang disini. Sialan!

"Byun Baekhyun, apakah Anda masih disini? Kulihat, kamu melamun," sindir CEO kami, Le Jinki.

"Ah, maaf."

"Kamu selalu hilang konsentrasi. Apakah ada masalah selain dengan Jongdae?" tebak Jinki.

Tentu saja dia bisa menebak itu, karena aku selalu mengajak Jongdae bersaing, padahal aku tahu bahwa fisik Jongdae lemah.

Seperti menantangnya berlari dari dorm sampai perusahaan misalnya. Aku berhasil menang dan memamerkan kemenanganku ke semua karyawan perusahaan, tapi setelah itu aku mendapat hukuman dari Jinki karena Jongdae drop dan masuk Rumah Sakit.

Ada lagi. Kami harus membuat jadwal yang super duper longgar, tidak seperti jadwal idol pada biasanya. Biasanya, idol akan terus berlatih selama 4 sampai 8 jam, ataupun menghadiri event, konser, dan penghargaan. Berbeda dengan Anonym, kami hanya memiliki 4 hari untuk jadwal Latihan dan sisanya mengikuti agensi. Alasannya? Tentu saja fisik Jongdae.

Huh, salahkan Lupus yang Jongdae derita, pekerjaan kami menjadi sangat kacau.

"Jika kamu mempermasalahkan jadwal, silahkan saja. toh, sudah tidak ada orang yang menghambat kalian," ucap Jinki padaku.

"Ah... bukan masalah itu. Aku—."

Tiba-tiba, Kyungsoo berdiri, mengagetkanku serta semua orang yang ada di dalam ruangan, termasuk Chanyeol -dia memang kagetan-. Matanya sarat akan rasa kecewa, marah, dan banyak hal.

"Ketua," ucapnya tegas, "aku ingin bicara."

"Silahkan, Doh Kyungsoo."

"Aku ingin keluar dari agensi dan grup."

***

Chanyeol terus menerus menatap Kyungsoo yang tengah makan dengan santai, sementara aku terdiam menatap makananku. Aku tidak tahu apa yang harus dibicarakan, karena semua sudah jelas.

Kyungsoo baru saja memberikan amplop putih bertuliskan 'SURAT PENGUNDURAN DIRI' ke Jinki secara blak-blakan. Dia juga sudah mengumumkan pengunduran diri sebagai anggota grup dan agensi di akun X miliknya, sehingga Jinki tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui permintaan Kyungsoo. Kesalnya, dia tidak berdiskusi terlebih dahulu dengan kami, sehingga aku dan Chanyeol sangat kecewa dengan pilihan Kyungsoo.

"Aku sudah membicarakan ini jauh sebelum Jongdae meninggal. Jadi, kalian tidak boleh komentar apapun," tutur Kyungsoo, "maaf, Chan. Kupikir, ini adalah keputusan yang tepat untukku."

"Apakah kamu tidak suka berada di grup?" tanya Chanyeol pelan, "aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat Jongdae—."

"Ini bukan masalah Jongdae. Ini murni keputusanku. Toh, jikalau Jongdae masih hidup, aku juga akan keluar dari grup dan agensi."

"Kenapa, Kyung? Kenapa?" Chanyeol terus menerus memberikan Kyungsoo panah pertanyaan.

Aku? Aku ngapain? Ya... hanya diam. Aku tidak bisa melakukan apapun selain diam seribu bahasa. Aku tidak bisa melawan Kyungsoo, dia maknae locknut yang selalu ada benarnya.

"Baek? Kamu tidak mau membantumu mencegah Kyungsoo?"

"Ah... tidak, Chan. Aku menghargai keputusan Kyungsoo. Toh, dia akan membuat agensi sendiri bersama Bomi, bukan? Semua sudah jelas."

Bukannya senang, Kyungsoo malah semakin kesal denganku. Dia sengaja mendorong meja sehingga Chanyeol mengaduh karena terkena tepi meja. Setelah itu, dia pergi tanpa mengucapkan sepatah apapun pada kami.

Apakah dia benar-benar marah karena aku tidak mencegahnya pergi? Entahlah... aku tidak tahu pasti.

Dering ponselku tiba-tiba berbunyi. Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal masuk ke ponselku. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Segera kuangkat telepon itu dan berlari meninggalkan Chanyeol yang kebingungan.

"Baek. Mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendirian disini!" rengek Chanyeol.

"Baek!"

"Baekhyun!"

"Apa, sih?! Aku sedang terburu-buru," sergahku ke Chanyeol. Aku yakin, wajahku tampak pucat dan panik kali ini.

"Baekhyun, kamu kenapa?"

"Suho hyung." Aku terengah saat menyebut namanya.

"Dia..."

"Dia kenapa?"

"Meninggal."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang