#5

55 8 2
                                    

Hari itu hari minggu, sebuah hari yang tepat untuk melakukan kegiatan untuk terakhir kalinya sebelum menginjak kembali ke hari Senin yang sibuk. Sama seperti kedua tokoh kecintaan kita ini,

Sekitar pukul setengah sepuluh Zee meluncur dari rumahnya dengan mobil sedannya, ia berencana akan seharian ini membawa sang kekasih berkencan dan bersenang-senang bersama. Panjang daftarnya jika Zee tulis dalam kertas, saking banyaknya permintaan Jessi ingin ke sana dan kemari.

Outfit of the day yang Zee gunakan lumayan simple. Sebuah kaos band Slayer hitam, celana jeans hitam, sepatu kets menghiasi penampilannya yang menurut Jessi sangat jamet bila Zee yang memakainya.

45 menit perjalanan ditempuh, kini Zee telah sampai di tempat yang Jessi minta jemput. Karena kekasihnya itu sedang berkunjung ke rumah saudara sebelumnya,

Saat sampai Zee langsung menelpon Jessi, memastikan sang kekasih posisinya ada di mana atau baju apa yang dikenakan agar mudah ditemukan. Ia pun sampai keluar dari mobil agar lebih mudah menemukan atau ditemukan Jessi,

Namun saat menelpon, ternyata Jessi ada di depan Zee dengan jarak sekitar 5-7 meter. Kekasihnya itu mengenakan masker hitam, kemeja biru langit, celana beige, dan sepatu slop. Sungguh sangat cantik sekali.

Tapi anehnya Jessi sepertinya tidak melihat Zee? Karena Zee jelas-jelas ada di depan matanya, tapi bukannya memanggil atau memberi lambaian, Zee justru mendapat sebuah ide.

Jessi entah bagaimana menerawang sekitar, mencoba mencari Zee sambil terus menelpon. Sengaja tak Zee angkat atau tolak, ia ingin tahu seberapa lama kekasihnya itu baru tahu jika Zee ada di dekatnya.

"Ih si Zee kenapa gak jawab sih? Padahal nyambung loh telponnya, apa dia nyasar ya? Ah tapi udah bener aku shareloc nya kok." Monolog Jessi memeriksa kembali hp nya

Jessi kembali menelpon Zee yang juga tak kunjung diangkat sampai beberapa kali, Zee sendiri hanya terkekeh kecil sambil merekam kekasihnya yang entah matanya kelewat minus atau saking polosnya itu dengan hp keduanya.

Ternyata lama kelamaan Jessi pun kesal akan ulah Zee, ia sampai mondar-mandir ke berbagai arah sambil melihat ke jalan dan terus menelpon. Mencoba menghubungi Zee yang tak kunjung mengangkat telpon dan justru menikmati kelucuan Jessi.

Setelah puas menjahili, Zee pun berjalan ke Jessi dan menepuk pundak sang kekasih.

"Atas nama kak Jessica Chandra ya?." Tanya Zee seperti seorang sopir taksi online

"Ah maaf saya gak pesen taksi, maaf." Sungguh Zee ingin sekali tertawa kencang karena Jessi sudah melihatnya di depan mata langsung namun masih dikira orang lain

"Lucu deh ih!." Zee yang tak kuat pun akhirnya mencubit gemas pipi Jessi

"Maksudnya apa ya main—" Jessi yang awalnya hendak mengamuk karena pipinya dicubit orang asing namun luntur seketika "ihhh!!! Dari mana aja sih kamu tuh!? Aku telpon gak diangkat-angkat!."

"Kamu yang ke mana aja, itu dari tadi mobil aku diparkir di situ sambil berdiri di sampingnya masa gak keliatan?." Zee menunjuk mobilnya yang terparkir dan membuat Jessi terkejut

"Kok ... Di situ? Aku gak liat ih tadi, kamu juga kenapa gak manggil aja sih?."

"Sengaja, biar kamu kalo ada di deket macan bakal takut atau enggak. Tapi keknya si macannya keburu males soalnya kamu cuekin haha." Sindir Zee puas tertawa

"Dasar! Tapi jujur muka kamu sopir taksi-able sih, jadi aku gak bisa bedain hehe."

"Sembarangan!." Zee memasang wajah cemberut namun justru membuat Jessi tertawa

Keduanya pun akhirnya berangkat dari tempat tersebut dengan mobil Zee, tujuan pun telah disetel yang destinasi nya sebuah mall karena Jessi ingin makan di sebuah gerai ayam goreng yang baru buka. Karena tak bisa fokus pada 2 hal, Zee pun menyerahkan Maps pada Jessi dan memberitahu untuk belok ke mananya.

Repercussions [Jessi - Zee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang