21. Thank you, mom

22 4 1
                                    

Di pemakaman itu. Violet Kanera binti Bintang Sanjaya. Gadis yang memakai dress hitam itu menatap kosong kepada batu nisan yang berada di hadapannya.

Entah sudah berapa lama dia menangis sejak tadi. Sesak, pemakaman itu sungguh sesak. Mozza sangat membenci tempat pemakaman.

Ia beralih menatap batu nisan yang bertulis 'Chearry Almera'. Dua wanita hebatnya, wanita yang telah melahirkan dia ke dunia, dan wanita yang selalu menjaga Mozza sejak 7 tahun lalu, sudah tiada. Gadis itu tidak punya ibu lagi (?) untuk kedua kalinya.

Mozza merasa dia sudah sendiri di pemakaman ini, sejak tadi Revan sudah pamit pulang karena dia masih membutuhkan waktu beristirahat. Reyna dan yang lainnya ada urusan yang penting. Tinggallah gadis itu sendiri.

Rasanya Mozza ingin kembali ke rumah. Namun, ia tidak punya rumah lagi. Tidak semua bangunan bisa disebut tempat pulang. Bagi Mozza, dunia tanpa ibu adalah rumah dengan bangunan yang hanya sebagai figuran semata.

"Sampai kapan ngelamun terus" suara berat itu mengagetkan Mozza.

"Arka?" panggil gadis itu pelan. Arka hanya menatap lekat mata kecoklatan milik gadis itu.

Berarti sedari tadi, Arka menunggunya? Ada sedikit rasa senang di perasaan gadis itu. Tapi kesedihan yang begitu mendalam itu, mampu menutupi rasa senang nya.

"Lo gamau balik? sampe lumutan gue nungguin" ucap Arka lalu menyama ratakan tinggi nya dengan gadis itu.

"Gue.., gue gamau balik ar" lirih gadis itu menundukkan pandangannya. Mengapa ia sangat lemah jika kehilangan seseorang dalam hidupnya?

"Gue paham" balas cowok itu mengusap lembut air mata gadis itu.

"Tapi lo juga harus balik za, matahari udah mau tenggelam, kita balik, oke?"

Sadarkan Mozza, katakan itu bukan Arka Deandra yang sebenarnya. Seorang Arka berbicara begitu lembut? maybe. Tapi kemungkinan nya sangat sangat kecil.

Hujan tiba tiba turun, seakan hujan tau kondisi dan situasi di dalam hati Mozza. Gadis itu melirik kepada Arka.

"Mau mandi hujan" ajak gadis itu dengan suara khas sehabis nangis.

"Nanti lo sakit"

"Sekali aja, ar. Please..." pinta gadis itu memelas.

Sekali aja ar, untuk seumur hidup gue ngerasain mandi hujan bareng sama lo.

Hujan semakin deras. Gadis itu menengadah ke langit, menutup matanya, dan merasakan perih di wajah nya akibat tajamnya rintik hujan yang mengenai wajahnya. Rasa perih itu, tak sebanding dengan permasalahan hidupnya yang sekarang.

Mozza membuka matanya, merasakan tak ada lagi air hujan yang jatuh mengenai wajahnya.

"Perih. Ga usah sok kuat, gue tau lo juga cape sama kehidupan" ucap cowok itu dengan tangan yang diletakkan diatas wajah gadis itu melindungi wajahnya yang terkena air hujan.

Mozza mengalihkan pandangannya ke tangan yang ukurannya cukup besar itu.

"Genggamable banget" gumam gadis itu dan masih bisa didengar oleh Arka.

"Kenapa ya ar, gue jatuh sama lo. Lo kapan?" tanya gadis itu dengan suara yang cukup besar karna hujan yang semakin deras itu.

"Belum saatnya" balas Arka

"Kapan? sedikit pun gaada ya?" tanya gadis itu, lidah nya kelu mengatakan itu.

"Kalau orang orang mah, she fell first, he fell harder. Gue kapan?" batin gadis itu.

Gadis itu menepis pelan tangan Arka yang menutupi wajahnya, membuat cowok itu beralih menatap wajah gadis itu.

"Gue mau balik" ucap gadis itu. Mungkin mood nya sudah berantakan sekarang, dia ingin pulang. Tapi, apakah pulang masih bisa membuat dirinya tenang?

MOZZARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang