Seorang laki - laki muda dari kelompok Daemon yang telah terlalu jatuh cinta pada seorang wanita di sekolahnya meski wanita itu sudah memiliki pacar, yang tak lain adalah ketua dari kelompok Remon.
Yang membuat kisah ini makin rumit, Pacar wanita i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah selesai membersihkan diri, Kairo berjalan santai ke arah kasurnya. Tubuhnya masih telanjang dada dan hanya menggunakan celana panjang, menyisakan bekas-bekas luka memar yang samar di kulitnya. Ia membiarkan tubuh lelahnya jatuh begitu saja ke atas kasur, tanpa niat sedikit pun untuk mengenakan baju.
Kairo mengangkat lengannya, lalu menutupi matanya dengan lengan kokohnya yang penuh guratan luka.
Kegelapan di balik kelopak matanya tak membuat pikirannya tenang — justru membuat semua bayangan kejadian tadi kembali bermain di kepala.
"Dipikir pikir malah kepikiran" gumamnya yang masih menutup mata.
Setelah bertarung dengan pikirannya sendiri dan gagal mendapatkan ketenangan, tubuh Kairo terasa semakin berat, bukan hanya karena luka-luka di tubuhnya, tapi juga karena perutnya yang mulai keroncongan.
Dengan malas, ia mengangkat tubuhnya dari kasur, menurunkan kakinya ke lantai yang dingin, lalu berjalan keluar kamar.
Ia membuka pintu kamar dan berjalan menuju dapur, melewati ruang tengah yang sepi. Hanya terdengar suara detik jam dinding yang berdetak pelan, menambah suasana rumah yang terasa dingin dan kosong.
Sesampainya di dapur, Kairo membuka kulkas tanpa harapan besar. Tatapannya kosong, hanya mencari apapun yang bisa mengisi perutnya malam ini.
Saat sedang melihat isi kulkas, terdengar suara ibu Kairo yang memanggilnya.
"Kenapa ma?" tanya Kairo.
"Mama mau obatin luka kamu, Nak," balas sang ibu yang menarik kursi untuk ia duduki.
"Besok aja ma, Kairo mau makan," ucap Kairo.
"Nanti infeksi sayang."
"Selesai makan aja" ucap Kairo yang memperbolehkan ibunya untuk mengobati luka Kairo setelah makan malamnya itu. Ibu Kairo pun mengangguk.
Kairo mengambil sepiring nasi sisa tadi siang dan lauk seadanya, lalu duduk di kursi makan dengan malas.
Entah kenapa, saat ia mulai makan, suasana di meja makan itu terasa sunyi, seolah-olah rumah itu tidak berpenghuni selain dirinya. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan dengan piring, memantul pelan di udara dingin.
Saat Kairo menatap wajah ibunya yang duduk di seberang meja, seakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi mulutnya terkunci.