don't forget to vote and comment! happy reading~~
Javian masih ingat bagaimana dulu dirinya melakukan hal yang benar-benar bodoh, bahkan hingga menimbulkan penyesalan yang menenggelamkannya ke dasar palung mariana yang amat kelam dan mencekam.
Javian selalu mencari waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada seseorang yang telah ia kagumi sejak lama, tepatnya semenjak mereka dipertemukan oleh kedua orangtua mereka masing-masing—pada saat mereka berada di bangku Sekolah Dasar. Javian juga tidak mengerti mengapa perasaan kagum itu semakin membuatnya ingin memiliki. Namun sial, Javian tidak pernah memiliki kesempatan untuk itu, sebab ia terlalu lama mengulur waktu dan memberikan peluang yang besar bagi temannya.
Kalau saja waktu itu Javian tidak membawa Yara ke tempat berkumpul teman SMA nya sepulang sekolah, mungkin detik ini ia bisa merealisasikan keinginannya untuk memiliki Yara. Javian tidak perlu bersaing dengan Sagara, bahkan terkadang berperang dingin demi mendapatkan Yara.
Lebih bodohnya lagi, terlalu banyak ketakutan yang bersemayam di dalam kepala Javian. Ia takut kalau menyatakan perasaan pada Yara, bukan akan mendatangkan hal baik, melainkan buruk. Javian tidak mau setelahnya, Yara malah akan menjauh dan membuat pertemanannya menjadi hancur. Hal itu yang menyebabkan Javian selalu mengulur waktu dan pada akhirnya Sagara lah yang menjadi pemenangnya, Sagara lah yang berhasil memiliki Yara.
Konsentrasi Javian pada presentasi yang tengah disampaikan tim marketing mendadak buyar, tatkala ponselnya berdering, menandakan masuknya pesan baru. Javian lantas bergegas menggapai ponselnya yang tergeletak di atas meja, berniat membisukan dering ponselnya. Namun, urung saat satu pesan lagi muncul.
Javian akhirnya membuka pesan masuk tersebut.
Sial, seribu sial. Persaan ingin memiliki itu bukannya kandas dimakan waktu. Namun, malah semakin menjadi setelah Yara menjadi milik temannya sendiri.
⋆౨ৎ˚⟡˖ ࣪
"Gue emang salah, tapi gak seharusnya Saga hukum gue waktu ada temen-temennya, kan? Walaupun di tempat terpisah, tapi mereka juga tau mungkin. Apalagi kemarin malem, gue langsung pergi dari cafe tanpa pamitan dengan keadaan gue yang hampir tumbang. Gak mungkin mereka gak tau gue udah diapain sama Saga. Fuck!!"
Jika Sagara muncul detik ini di hadapannya, Javian benar-benar akan menghajarnya tanpa ampun. Bisa-bisanya Sagara membuat gadis yang amat berharga bagi Javian, menjadi tidak ada harganya bagi Sagara. Setelah ini Javian benar-benar harus memberikan pelajaran bagi Sagara, tidak peduli ia memiliki hak atau tidak dalam urusan mereka.
Sementara itu, Yara melanjutkan keluhannya, "Gue malu dan gue benci sama Saga! Tapi tololnya gue, gue lebih malu dan benci sama diri sendiri karena rasa sayang gue lebih besar dari rasa benci gue ke Saga. Gue gak bisa tingalin Saga. Gue sayang banget sama Saga, Ian."
Rencana yang baru saja ia buat beberapa detik yang lalu, kandas begitu saja karena ucapan Yara. Lagi-lagi Javian memilih untuk mengalah, ia mengurungkan niatnya untuk memberi pelajaran pada Sagara. Sebab kalimat sakral itu selalu membuat pertahanannya roboh.
Untuk yang kesekian kalinya, Javian ditampar oleh sebuah realita, kalau yang Yara sayang adalah hanya Sagara dan bukan dirinya. Jika Javian bersikeras ingin menghajar Sagara hingga tidak berdaya, kesedihan yang Yara pikul akan bertambah. Bukankah berarti Javian juga sama saja dengan Sagara yang menempatkan Yara dalam jurang pilu?
Javian menghela napas dalam-dalam sebelum akhirnya beranjak, "Gue ambil obat dulu buat bibir lo."
"Darahnya keluar lagi??" Yara panik dan segera menyentuh bibir bagian bawahnya yang terluka.
"Tunggu, gue ambilin dulu, okay?"
"Gak usah Ian! Gue bisa obatin sendiri."
Tak ada respon dari Javian, lelaki itu lebih memilih diam saat mengambil obat dari kotak P3K, sebelum akhirnya kembali menghampiri Yara dan segera mengoleskan obatnya pada permukaan bibir Yara yang terluka.
Tatkala ujung jari telunjuknya bersentuhan dengan permukaan bibir Yara, darahnya berdesir dengan hebat, bahkan degub jantungnya yang memang berdegub kencang karena emosinya tersulut, semakin berdegub kencang hingga terasa akan meledak.
Detik berikutnya Javian benar-benar tidak sadar dengan apa yang telah ia lakukan, yang ia tau adalah bahwa bibirnya telah mendarat begitu saja tepat di atas bibir Yara. Javian terkesiap dan segera menjauhkan dirinya dari Yara.
Sementara Yara yang juga terkesiap hanya bisa terpatung dengan kebingungan yang menyergap. Satu hal yang kini memenuhi kepala Yara adalah bahwa ia baru sadar kalau selama ini yang selalu Sagara takutkan adalah benar.
Mendapatkan Javian yang seperti ini, membuatnya ia sadar kalau Javian benar-benar memiliki perasaan padanya dan jika Yara terus berkeluh kesah pada Javian soal Sagara, bisa jadi Javian akan menjauhkan Yara dari Sagara dan menjadikan dirinya menjadi milik Javian.
"Ra, lo mending pulang sekarang. Gue anterin, okay? Kalau Sagara giniin lo lagi, bilang sama gue. Gue bakal hajar laki lo sampai habis."
Sampai sini Yara paham sepenuhnya, kalau ia tak seharusnya menjadikan Javian sebagai tempat bercerita lagi. Cukup sampai sini dan Yara akan menghadapi segalanya sendiri, demi tetap bersama Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
Teen Fiction[Sunghoon local story from tiktok : jeyuniverse] Bumi tidak bisa bertahan tanpa langit, maka bumi akan selalu membutuhkan langit. Namun tampaknya bumi tidak sadar kalau kebutuhannya bukan hanya sekedar untuk membuatnya bertahan, melainkan hingga mem...