Tentang Yara dan Rasa Sakitnya

99 11 6
                                    

silent reader maju sini lo, kita bewan🫵🫵🫵

Sebelum berhasil menguak daun pintu kostnya dengan sempurna, Yara memilih untuk bergeming di hadapan pintu, mengatur napas dalam-dalam saat jalan pikirnya berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum berhasil menguak daun pintu kostnya dengan sempurna, Yara memilih untuk bergeming di hadapan pintu, mengatur napas dalam-dalam saat jalan pikirnya berantakan. Ia sama sekali tak bisa berpikir dengan jernih, sampai-sampai tak sadar kalau Sagara yang sebelumnya pergi, kini telah kembali dan menunggu Yara di dalam.

 Ia sama sekali tak bisa berpikir dengan jernih, sampai-sampai tak sadar kalau Sagara yang sebelumnya pergi, kini telah kembali dan menunggu Yara di dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari mana, sayang?" tanya Sagara tepat saat Yara masuk.

Yara terkesiap dan bergegas menatap Sagara dengan gusar. Perlahan ketakutan mulai menyergapnya, ia berusaha keras mengenyahkan rasa takutnya agar ia benar-benar bisa berpikir jernih dan mampu mengatakan soal kehamilannya pada Sagara.

Yara berusaha setengah mati menyusun kalimat yang akan ia lontarkan pada Sagara. Namun, ketakutan itu terus membelenggunya. Yara mendadak gentar dan ragu untuk mengatakannya pada Sagara saat ketakutan itu semakin menguasai dirinya.

Yara takut kalau setelah mengatakannya, bukan respon baik yang ia dapatkan dari Sagara, melainkan respon buruk. Yara takut kalau Sagara malah akan meninggalkannya setelah mengetahui soal kehamilannya.

Sagara yang tengah duduk di sofa akhirnya bangkit untuk menghampiri Yara, kemudian merangkul bahunya, "Are you okay, sayang? Ayo duduk dulu, ada yang mau aku kasih ke kamu."

Rasa takut itu mendadak terkonversi menjadi sebuah cairan bening yang meluap pada pelupuk mata Yara. Rasanya Yara ingin menangis, sebab ia tak sanggup menghadapi rasa takutnya sendiri.

"For you," Sagara tiba-tiba menyodorkan sebuah bingkisan pada Yara, "Happy birthday, sayang."

Seulas senyum lantas terukir dengan terpaksa pada wajah gusar Yara. Demi meredakan ketakutannya, ia akhirnya memilih untuk membuka bingkisan tersebut. Sementara Sagara diam-diam menatap Yara dengan sirat kemarahan yang terpancar dari tatapan tajamnya.

"Gimana? Suka tasnya, kan?"

Yara bergegas menatap Sagara dan tersenyum, "Suka. Makasih ya."

Sagara tiba-tiba mengulas sebuah senyum yang tak bisa Yara artikan. Ia lantas menyimpulkan kedua lengannya di dada, sebelum akhirnya menyandarkan diri pada sandaran sofa, "Tapi keliatannya kayak gak suka. Kamu sebenernya lagi mikirin apa? Kayak lagi banyak pikiran sampai respon kamu gak kayak biasanya."

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang