Langit dan Bumi

284 18 10
                                    

siapa yang masih ikutin ceritanya saga?? hands up!
jangan lupa vomment and happy reading~~

siapa yang masih ikutin ceritanya saga?? hands up! jangan lupa vomment and happy reading~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"UNO GAME!!"

Sagara mendengus sambil melemparkan dua kartu uno miliknya yang sama sekali tak berguna, kemudian menatap Yara dengan tatapan sengit. Sementara Yara melompat-lompat kecil di tempatnya sambil sesekali menodong Sagara dengan telunjuknya sambil tertawa renyah karena melihat raut Sagara yang menggemaskan.

"Asik! Kamu kalah, berarti kamu yang bikin sarapan hari ini!!" seru Yara dengan antusias.

"Alright! Sebagai lelaki sejati, aku harus menerima kekalahan." Sagara langsung memukul dadanya tiga kali dengan bangga.

Yara yang tak tahan dengan tingkah Sagara lantas menoyor kepalanya, "Banyak gaya! Awas aja kalau sarapannya gagal."

"Ya aku sarapannya kamu aja lah kalau gagal," ucap Sagara seraya melipir ke arah Yara, kemudian mendekap pinggang Yara dari samping.

Bukan Sagara namanya kalau memeluk Yara tanpa melesakkan wajahnya pada ceruk leher Yara. Lelaki itu pasti akan selalu melakukannya, karena katanya ia suka aroma fruity yang menguar dengan tajam di area leher Yara.

Yara terkekeh karena sedikit geli merasakan bulu-bulu halus pada permukaan wajah Sagara yang belum sempat dibersihkan. Tangannya lantas terulur pada surai Sagara, mengusaknya dengan lembut.

"Lihat! Langitnya bagus, bersih banget. Aku suka banget kalau liat langit yang bener-bener biru kayak gitu," celoteh Yara.

Sagara menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Yara, kemudian turut menatap langit biru yang benar-benar bersih tanpa gumpalan awan. Senyumnya lantas mengembang, tiap kali melihat langit, ia selalu ingat bagaimana dirinya dan Yara saat pertama bertemu.

Di bawah hamparan langit yang begitu cerah, kala itu dirinya tengah merindukan sang mama yang sudah lama tak ia temui. Saking lamanya, Sagara sampai lupa bagaimana wajah dan suara mama.

Selalu ada alasan dalam setiap kerinduan. Sagara merindukan mama karena saat itu adalah hari ulang tahunnya, hari di mana delapan belas tahun yang lalu ia dilahirkan oleh mamanya. Mama lah yang telah membuat Sagara lahir dan tumbuh menjadi seorang lelaki yang kuat.

"Guys, sorry telat. Gue jemput tuan putri dulu karena ban motor dia bocor."

Javian yang baru tiba, membuat lamunan Sagara buyar dan langsung menatap ke arah Javian yang ternyata membawa tuan putri yang ia singgung dalam kalimatnya tadi. Awalnya Sagara acuh, namun setelah melihat sorot mata perempuan itu, jantungnya mendadak berdegub kencang.

Sagara pernah melihat sorot mata yang tak asing milik perempuan itu dan Sagara tau kalau sorot mata perempuan itu sama persis dengan sorot mata yang dipancarkan dari kedua mata Mamanya—hangat, teduh dan menenangkan.

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang