Ketakutan Terbesar

471 27 15
                                    

sebelum baca, jangan lupa vote dan comment yaa! happy reading~~

Kedua mata Sagara belum terbuka seutuhnya tatkala melangkah keluar kamar, untuk menemukan presensi kekasihnya yang sudah tak ada di sampingnya pasca terbangun dari tidur lelapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata Sagara belum terbuka seutuhnya tatkala melangkah keluar kamar, untuk menemukan presensi kekasihnya yang sudah tak ada di sampingnya pasca terbangun dari tidur lelapnya. Selalu seperti itu, Sagara selalu melakukan hal yang sama tiap kali bermalam bersama Yara.

Hal pertama yang akan ia cari adalah Yara, sebab setelah kembali dari dunia mimpinya, ia seringkali disergap rasa takut akan ditinggalkan oleh Yara. Sagara takut kalau Yara tiba-tiba hilang meninggalkannya, persis seperti mamanya yang meninggalkan Sagara kecil belasan tahun yang lalu.

Sagara benar-benar masih ingat bagaimana sang mama meninggalkan Sagara yang saat itu masih tertidur lelap dalam dekapan mamanya. Lalu saat kedua mata Sagara terbuka, sang mama sudah tak ada di sampingnya. Awalnya bocah kecil itu berpikir bahwa mamanya sedang berkutat di dapur. Maka bergegas Sagara kecil meniti langkah sambil menghempaskan rasa kantuknya menuju dapur demi mencari mamanya. Namun nihil, Sagara tak pernah bisa menemukan mamanya sampai detik ini.

Kedua mata Sagara akhirnya terbuka dengan sempurna saat menangkap presensi Yara yang tengah berkutat dengan bahan masakannya. Napasnya yang semula tercekat karena rasa takut akhirnya kembali normal, seiring dengan sudut bibirnya yang terangkat membentuk bulan sabit kecil. Bergegas ia memacu tungkainya sebelum akhirnya mendekap tubuh Yara dari belakang.

Yara cukup terkejut dan langsung terkekeh saat kedua lengan kekar Sagara melingkar di pinggangnya. Tangan Yara lantas terulur, mengusak surai Sagara tatkala lelaki itu melesakkan wajahnya pada ceruk leher Yara.

"Sarapannya sama nasi goreng, ya?"

Sagara menganggukkan kepalanya di ceruk leher Yara, kemudian mendaratkan kecupan tepat diatas tanda merah yang semalam ia buat pada leher Yara, lantas mengalihkan kepalanya pada puncak kepala Yara.

"Bisa jalan?" tanya Sagara dengan lembut, benar-benar berbeda dengan Sagara yang semalam.

Yara mengangguk, "Pelan, masih perih dikit."

Sagara lantas mengusak puncak kepala Yara, kemudian melepaskan pelukannya dan bersandar pada dinding yang ada di sebelahnya. Kedua maniknya menatap lekat wajah Yara yang selalu terlihat indah dari sisi manapun. Bukan hanya wajahnya, hatinya pun sama indahnya.

Sagara benar-benar beruntung sekali bisa menjadi seseorang yang mendapat limpahan kasih sayang dari Yara. Walaupun terkadang Sagara terlalu keras dan seringkali memberikan batasan yang begitu ketat disertai konsekuensi yang harus Yara terima jika ia melanggarnya, Sagara amat sangat menyayangi perempuan cantiknya.

Tentu saja perasaan bersalah selalu menghinggapinya tiap kali memberikan hukuman pada Yara. Namun, jika ia tak melakukan itu, ia takut Yara akan dengan seenaknya meninggalkan Sagara, seperti orang-orang yang telah meninggalkannya seenaknya.

"Hari ini ke kantor, cantik?"

Yara mengangguk seraya mengalihkan telur mata sapi dari wajan ke piring, "Kerjaan aku lagi banyak-banyaknya. Tiba-tiba aja banyak yang mau nerbitin novel, jadi kerjaan aku double. Weekend pun harus ke kantor buat review isi novelnya."

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang