Hancur.
Mungkin hanya kata itu yang bisa menggambarkan bagaimana keadaan Sagara saat ini. Hidupnya benar-benar hancur setelah Yara meninggalkannya di malam itu.
Sagara tak kuasa melanjutkan hidupnya kalau tanpa Yara. Sagara juga tak tau harus bagaimana dirinya selain mengakhiri hidupnya sendiri.
Sudah tak ada lagi yang akan mewarnai harinya. Tak akan ada lagi yang memberikan kebahagiaan padanya. Tak ada lagi yang akan menghapus air matanya. Tak akan ada lagi yang memberikan pelukan terhangat dan ternyaman.
Tak ada Yara artinya tak ada hari esok. Hari di mana Sagara akan terus bertahan dalam hidupnya.
Rasanya ia benar-benar tak perlu melanjutkan hidupnya kalau hidupnya akan sesunyi ini tanpa kehadiran Yara.
"Kondisi lo udah hancur begini, emang bisa ngelepasin Yara dan biarin Javian miliki Yara? Makin hancur yang ada hidup lo, Saga!" seru Jiro seraya menendang kaki kursi yang diduduki Sagara, "Sumpah gue gedek banget sama lo! Lo kenapa tolol banget sih?!"
Sagara tersenyum getir, "Gue cuma mau Yara bahagia dan ini satu-satunya yang bisa gue lakuin."
"Tanggung jawab, anjing! Terima bayinya kalau lo mau bahagiain Yara. Ah tolol!"
"Gak segampang itu, Jiro." Sagara menghela napasnya dalam-dalam, kemudian melanjutkan kalimatnya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya, "Gue takut, gue akan bikin dia lebih menderita. Bahkan bukan dia aja, gue takut bayinya pun menderita karena gue."
"Terus lo pikir emang Javian akan jaga Yara lebih baik dari lo?? Yara akan bahagia kalau sama Javian? Hidup sama cowok yang gak dia cintai, emang akan bahagia, Saga???"
"Kenapa enggak? Javian udah temenan sama Yara dari kecil dan Javian sayang banget sama Yara. Dia pasti akan jagain Yara lebih baik dari gue."
Jiro bangkit, ia meraup oksigen dengan paksa kemudian meremat surainya frustasi. Ini adalah masalah Sagara, tapi ia juga ikut geram. Jiro benar-benar tak habis pikir kenapa temannya yang satu ini sungguh sangat bodoh. Sampai-sampai ia kesulitan untuk menasihati dan memberikan solusi terbaik untuk Sagara.
"Bahagia tai anjing!" pekik Jiro kesal, "Terserah lo deh mau gimana, gue udah males nanggepin orang yang keras kepala kayak lo!!"
Sagara lantas menoleh dengan lemah tatkala mendengar suara decitan pintu. Jiro meninggalkannya dan ia memilih untuk membiarkannya.
Semua orang benar-benar meninggalkannya.
Tangan Sagara kemudian terulur, menarik laci nakas, lalu ia ambil sebuah cutter yang telah ia sediakan sebelumnya untuk mengakhiri hidupnya. Sagara lantas mengarahkan benda tajam itu pada nadinya dan hendak menyayatnya dengan cepat.
Namun, ponsel yang ada di hadapannya berdering, disusul dengan beberapa pesan masuk yang bisa langsung ia baca dari notifikasi.
Benda tajam yang ada dalam genggamannya refleks terjatuh saat ia bangkit. Jantungnya seakan berhenti berdetak, padahal ia sama sekali belum menyayat nadinya.
Dalam rasa panik yang luar biasa, ia memaksakan diri untuk berpikir jernih. Sagara harus segera menemui Yara sekarang.
⋆౨ৎ˚⟡˖ ࣪
Kata-kata yang Sagara lontarkan pada hari itu, jelas membekas sampai detik ini di hati Navya. Kata-kata yang telah menghancurkan hatinya itu membuat keinginan balas dendamnya semakin berkobar.
Selama berhari-hari Navya memikirkan cara agar rencana balas dendamnya benar-benar bisa ia lakukan. Selama berhari-hari itu pun Navya terus membuntuti Sagara dan Yara. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan kalau dari awal yang harus ia singkirkan adalah memang Yara.
Yara adalah kelemahan Sagara. Maka saat ia berhasil menyingkirkan Yara, bukan hanya ia akan mendapat Sagara, ia juga akan mendapati Sagara dipenuhi dengan penderitaan yang tak berujung karena kehilangan Yara.
Setelah meyakinkan diri untuk menjalankan rencananya, Navya menepi dan menunggu kedatangan Yara yang baru saja memasuki unit kost Sagara dan ternyata tak perlu ia menunggu berjam-jam, sebab objek balas dendamnya itu telah kembali.
Navya lantas bergegas menyalakan mesin mobilnya, bersiap menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya tepat saat Yara menghentikan langkahnya tepat di hadapannya beberapa meter.
Refleks senyumnya terukir lebar saat melihat tubuh Yara terpelanting karena hantaman dari mobil yang ia kendarai. Tawanya lantas mengudara, memenuhi seisi mobil. Navya benar-benar bahagia, ia berada dalam puncak kemenangan.
here tempat misuhin si navya, silakan ketik navya spasi iblis kirim ke neraka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
Teen Fiction[Sunghoon local story from tiktok : jeyuniverse] Bumi tidak bisa bertahan tanpa langit, maka bumi akan selalu membutuhkan langit. Namun tampaknya bumi tidak sadar kalau kebutuhannya bukan hanya sekedar untuk membuatnya bertahan, melainkan hingga mem...