O&E
.
.
.
O&I~~~~~~~~
"Yang lo cari, nggak pernah ada disini."
Suasana di ruang tamu terasa begitu dingin. Oline, yang tadi berucap tengah menatap sinis Ribka.
Kini, Erine di apit oleh Indah dan Oline yang berada di sampingnya. Erine mencoba menenangkan Oline. Sedikit kekhawatiran di benak nya akan Liam yang mungkin saja kembali kapan pun ia terbangun.
"Bunda, ayah. nggak kangen ribby?" Tanya Ribka seolah anak kecil yang polos.
"Bunda ayah lo itu gak ada disini! And this is my parents." Oline membantah.
Tak ada yang membuka suara antara Indah dan Oniel. Mereka sama-sama terdiam tak berkutik apapun akan perdebatan diantara Ribka dan Oline.
"Bunda dan ayah? Maksudnya apa?" Erine terheran.
Ribka menatap remeh gadis itu.
"Mereka, Bunda dan ayah yang gue maksud." Jawabnya menunjuk Indah dan Oniel
"Mereka itu mommy dan papa. Bukan bunda dan ayah." Bantah Erine.
Sementara di tempat yang tak jauh dari tempat mereka duduk, sepasang mata elang seolah sedang menguntit pembicaraan mereka. Ia nampak bermonolog sendiri dengan matanya yang tak berpaling dari percakapan mereka disana.
"Bersiaplah, aku tak akan pernah melepaskan kalian lagi" ucapnya.
"Mom, pah. Dia bukan anak kalian kan? Dia cuma ngaku-ngaku doang, kan?" Tanya si sulung meminta kejelasan.
Sepasang suami istri itu saling beradu tatap, seolah berbicara "siapa yang akan menjelaskan nya?"
"Mom, pah.. kita butuh kejelasan" Desak Erine.
"Jadi.."
"Dulu, dari kalian baru lahir dan bertumbuh, mommy dan papa punya anak sebelum kalian. Dan itu dia. Ribka ini hasil dari kesalahan kita di masa lalu, kita terpaksa menikah dan saat Ribka lahir, kami enggan untuk mengakui nya sebagai anak kami..
Iya, kita tau kita salah. Sampai kalian sebesar ini, kita masih nggak berani untuk memberi tau kebenaran nya." Jelas Oniel"Mommy cuma takut, kalian marah sama kita dan nggak mau menganggap kita sebagai orang tua kalian lagi" balas Indah dengan rasa bersalahnya.
Bak tersambar petir di siang bolong, mereka terdiam tak berkutik. Katakan pada sepasang anak kembar itu, bahwa ini semua hanyalah mimpi, Tolong..
"Lin, pukul gue sekarang. Bilang sama gue ini cuma mimpi Lin," kata Erine lirih sembari tersenyum kecut.
Senyum kemenangan telah terukir di wajah licik Ribka sekarang. Oline berfikir, dirinya benar-benar mempunyai seorang kakak sekarang? Dan bahkan hampir 18 tahun ini?
Ah tidak, dirinya seolah tak bisa menerima kenyataan yang benar-benar keluar dari mulut kedua orang tua nya sendiri.
"Maafin mommy, sayang.."
"Papa juga minta maaf sama kalian.."
Jahat kah jikalau mereka tak bisa memaafkan nya?
"Ternyata, selama ini orang tua yang selalu Oline banggakan itu seorang pembohong handal, ya?"
JLEB!
Bak tertusuk ribuan pisau, hati mereka rasanya sangat sakit. Bahkan, rasa sakit dari tertusuk pisau saja dapat dikalahkan dengan ucapan sederhana dari Oline.
"See? Walaupun gue anak dari hasil sebuah kesalahan, tapi disini gue cuma mau kalian berdua, ngerasain sakitnya ditelantarin!"
"Dan, mereka bilang kakek kalian sudah meninggal, kan? Dia masih hidup. Cuma dia yang mau rawat gue si anak yang nggak di akui oleh anaknya sendiri." Sargah Ribka.
"Dan hari ini benar-benar tiba." Batin Oniel.
Hari yang ia takuti benar-benar ada. Dan hari ini, bak mimpi buruk baginya.
Tak bisa membantah apapun, karena ini semua memang kesalahan nya dimasa lalu.
"Erine butuh waktu." Ucap gadis itu singkat lalu beranjak begitu saja.
"Mas.." Indah mengeluarkan airmata nya.
Oline memijat keningnya, kepalanya seolah ingin pecah sekarang juga.
"Oline.." panggil Oniel.
Gadis itu hanya menatap Oniel singkat, lalu ikut beranjak begitu saja.
***
"Erine?"
"Pergi, Lin! Gue ngantuk!" Teriak sang pemilik nama dari dalam kamar.
"Oke.."
Oline memilih untuk mengalah, ia pergi kedalam kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.
Ia menatap langit-langit rumah yang di cat polos itu. Bahkan, untuk melihat lampu yang berada di tengah-tengah langit-langit rumah itu pun ia tak kuasa. Buram, ia membendung airmata yang ingin keluar sejak tadi. Isak tangis tak dapat ia hindari lagi.
"Ah! Cengeng lo, payah!" Oline merutuki dirinya sendiri.
Dug! Dug!
Suara apa itu? Suara itu menembus dinding kamarnya. Ia berfikir sejenak, di sebelah kamarnya adalah kamar..
ERINE!Setelah menyadari hal itu, Oline langsung berdiri tegak dari tidurnya.
Tok tok tok!
"Lo ngapain di dalem, Erine?"
"..."
Tidak ada jawaban apapun yang ia dapatkan.
Selalu saja, anak itu membuatnya cemas.
Ia mengetuk pintu sebanyak 3 kali bahkan lebih, namun masih tak ada sautan dari dalam.
Pintunya pun di kunci dari dalam, bagaimana Oline tak panik?
Brak!
Pintu kamar terbuka sempurna. Oline mendobrak pintunya.
"Lo punya gua buat cerita, anjing! Kenapa harus selfharm bangsat?!" Oline mengumpat kala melihat Erine yang tengah memukuli dinding dengan tangan nya sendiri.
Ia tau, Erine marah. Namun ia tak bisa membiarkan nya untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Jangan ganggu gue, Lin! Keluar!" Sentak Erine.
"Tangan lo nggak salah, kenapa dilukain bodoh?"
"Terserah gue, lo nggak usah ikut campur." Perkataan Erine sangat menusuk jantungnya.
"GUA KEMBARAN LO, JELAS GUA HARUS IKUT CAMPUR!" Bentaknya.
Airmata Erine mulai menetes. Dirinya ambruk seketika di tempat.
"G-gue, gue cuma takut.."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TBC..
Haii, how are u guys?
Maaf baru up lagi, hehe.. maaf kalau ga sesuai ekspektasi kalian.
Tapi, aku bakal berusaha untuk lebih sering up lagi yaa! Terimakasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
PELUKAN HANGAT OLINE 2
Teen Fiction"peluk gue selalu ya, Lin? gue rapuh." - E "gua akan selalu peluk lo, dengan seribu takdir yang akan datang, Rin." - O