5 📖🍿

733 75 21
                                    

Ahyeon merasa sesak tiba-tiba membuat guru bimbingan nya menatap Ahyeon dengan bingung.

"Ahyeon are you okay?" Ahyeon tersenyum dan mengangguk pelan.

Insting anak kembar jika salah satunya terluka, yang lainnya juga akan merasakannya.

Perasaan Ahyeon mendadak menjadi khawatir hatinya gelisah, pasti sesuatu terjadi pada Rami kembarannya.

Dengan cepat Ahyeon memanggil taksi dan mengabari sang kakak untuk tidak usah menjemputnya.

Setelah membayar taksi ia langsung meletakan tasnya sembarangan dan naik keatas menuju kamar Rami.

Rami tertidur membelakangi Ahyeon yang bernafas lega, Ahyeon mendekati Rami dan mengelus kepala adik kembaranya itu.

"Kenapa gue ngerasa lo lagi sedih ya? apa cuma perasaan gue aja? Rami gue kakak lo tolong lebih terbuka sama gue, jangan bikin tembok diantara kita Ram, gue ngerasa kaya orang asing di hidup lo" ucapnya sambil duduk disebelah Rami.

Setelah Ahyeon keluar dari kamarnya Rami membuka matanya, ia mendengar semua yang Ahyeon ucapkan.

Air matanya kembali menetes, Rami merasakan sangat egois karna marah pada Ahyeon.

"Kenapa sih selalu kaya gini" gumamnya sambil menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

Ahyeon selalu jadi yang terbaik diantaranya, Rami selalu mengalah atas apapun.

Dari awal sejak Jennie mendaftarkan Ahyeon dan Rami di satu sekolah yang sama, Rami harus mengalah dan melepaskan mimpinya untuk membantu Ahyeon, terkadang kasih sayang yang diberikan orangtuanya juga condong ke arah Ahyeon.

"Gimana caranya gue bisa cerita sama lo? Yeon lo salah satu alasan kenapa gue sedih" batin Rami berteriak-teriak memaki saudara kembarnya.

Rami kesal dengan sengaja mengigit tangannya hingga meninggalkan bekas kemerahan disana.

Jika stress Rami cenderung menyakiti dirinya, mulai dari mengigit tangannya ataupun membenturkan dirinya ke tembok.

Beberapa kali saudaranya juga memarahi dan membawanya ke psikolog untuk pengobatan mentalnya.

Pintu kamarnya terbuka tanpa izin, pelakunya si bungsu yang datang sambil membawa sekotak lego dan camilan.

Chiquita meletakan semua barang bawaannya kala melihat Rami yang terduduk melamun wajannya sangat pucak, bahkan dirinya dipenuhi keringat.

"Kak Rami" Chiquita memeluk erat Rami, Rami menringis kala pinggangnya tak sengaja tersenggol oleh Chiquita.

"Kakak kenapa?" Chiquita menggeser tangan Rami yang menggenggam erat pakaiannya.

Ruam kebiruan teradapat pada pinggang Rami, Chiquita menatap ngeri luka itu, Pasti Rami menyakiti dirinya lagi.

"Kakak tunggu dulu, aku panggil kak Ruka"

Ruka menahan tangan Chiquita lalu menggeleng lemas, Ruka pasti memarahinya.

"Jangan" satu kata yang Rami ucapkan bisa mebuat Chiquita tertekun.

Chiquita menghela nafas, lalu mengelus pundak Rami untuk menyalurkan energi.

Kemarin setelah mengganti pakaian Rami kembali merasa sangat lelah sehingga dirinya oleng dan menabrak ujung meja yang lancip.

"Yaudah, kak Rami tunggu sini adek ambilin p3k" ucapnya beranjak dari kamar Rami.

Chiquita kembali membawa p3k dan kompres yang isinya es batu, Chiquita dengan telaten mengompres luka Rami dan memberikan salep pada pada memar biru keunguan itu.

~|Daily Life baemon|~ (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang