Bab 3 (Forgive Me)

20.6K 1.4K 6
                                    

Kean Mahardika POV

"Bukan maksudku melukai hatimu"

Sekretarisku masuk dan memberitahukan bahwa Diana sudah menunggu. Aku mendesah menyandarkan punggungku kekursi dan menyuruh sekretarisku agar Diana masuk. Kini Diana sudah masuk mengenakan mini dress berwarna hijau tosca.

"Hai' ia menyapaku dengan senyum. Aku hanya membalasnya dengan senyum terpaksa. Aku tau ia kemari untuk makan siang bersama tapi sungguh aku tak berniat melakukan makan siang bersama dengannya.

"Jadi kemana kita akan makan?" tanyaku pada Diana yang terlihat antusias.

"Kantin perusahaan bagaimana?" aku menatapnya dengan kening berkerut. Apa tak ada pilihan lain selain kantin perusahaan. Aku sudah sering makan disana namun jawabanku hanya sebuah anggukan. Ia mengapit lenganku dan menempelkan badannya manja. Aku sebenarnya risih namun aku masih menghargai perasaannya sebagai calon istriku.

Di sela-sela makan ia sibuk tentang rencana pernikahan kami. Aku sendiri lebih banyak diam mendengarkannya. Ia sepertinya merasa aku tak memperhatikannya karena kini ia diam dan memandang sebal padaku.

"Kamu dengerin aku kan?" tanyanya dengan wajah cemberut.

"Ya aku dengerin kamu yang dari tadi sibuk ngomongin acara pernikahan kita" ia kembali tersenyum dan melanjutkan apa yang sempat terhenti karena ia merajuk.

Sebenarnya aku sungguh-sungguh tak memiliki perasaan pada perempuan disampingku ini. Dia adalah teman kuliahku dan juga anak sahabat papah. Kami berdua di jodohkan sejak kami lulus kuliah. Aku saat itu setuju saja karena tak ada perempuan yang aku cintai dan ia juga cukup menarik bagiku.

Saat ini semuanya berubah, setelah aku mengenal Gheana. Meski ini terlalu cepat mengatakan bahwa aku mencintai perempuan itu tapi aku benar-benar merasa bahwa ia perempuan yang pantas menjadi istriku. Katakan saja aku gila tapi sungguh dari awal pertama menatapnya aku merasakan perasaan aneh menyelimutiku.

Sebut saja aku laki-laki bajingan karena mencintai orang lain saat aku akan menikahi seorang perempuan. Tapi aku harus bagaimana? Meninggalkan perempuan yang akan menjadi istriku, membuatnya patah hati atau membiarkan aku meninggalkan orang yang aku sukai? Andai aku bisa memutuskan tanpa harus melukai perempuan disampingku ini atau melukai diriku sendiri. Tapi aku tau pasti keputusanku akan melukai satu hati, entah hatiku sendiri atau hati perempuan yang disampingku ini.

***

Wedding PlannerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang