Gheana Danishwara POV
" Aku memang bukan orang yang tepat untuknya. Aku mencurinya dari seseorang. Aku akan menyerahkanya kembali pada orang yang memang memilikinya."
Hari ini aku akan bertemu lagi dengan Kean dan Diana. Tentu aku harus mempersiapkan hati agar bisa bertahan melihat kedua orang itu bermesraan. Aku sudah pernah sekali melihat mereka bersama tapi rasanya hari ini lebih menyakitkan melihat mereka berdua.
"Hallo Gheana" Diana memasuki ruangan diringi senyum ramah yang biasanya ia berikan kemudian membenturkan pipinya ke pipiku. Aku tak melihat Kean.
"Ah kamu pasti mencari Kean, dia pasti tidak bilang padamu kalo hari ini hanya aku yang datang" wajahnya masih tersenyum padaku namun kata-kata penuh penekanan. Aku jadi berpikir yang bukan-bukan. Mungkinkah ia sudah mengetahui hubunganku? Ah, tidak mungkin ia tau hubunganku dengan calon suaminya.
"Oh begitu, mari duduk dan kita bicarakan beberapa hal yang belum kita selesaikan" aku mempersilahkannya duduk.
"Sudah sejauh mana hubunganmu dengan Kean?" ia tiba-tiba bertanya seperti itu ketika aku sedang memeriksa beberapa berkas yang akan diberikan padanya. Apa aku tak salah dengar? Ia menanyakan hubunganku dengan calon suaminya. Ah, ia sepertinya sudah tau hubunganku dengan calon suaminya.
"Maksud anda?" aku pura-pura bodoh dan tak mengerti apa yang ia katakan.
"Saya tau anda perempuan yang cerdas dan saya juga tau anda mengetahui maksud pertanyaan saya" ia tersenyum sambil menyilang kakinya dan menatap mataku.
"Saya.." aku baru saja akan bicara namun ia sudah memotong pembicaraanku.
"Ah, aku tak perlu tau sejauh mana hubunganmu dengan Kean, yang ingin aku tekankan adalah Kean milikku dan selamanya milikku. Aku tak suka membagi apa yang aku miliki dengan orang lain. Kamu mengerti maksudku kan?" ia tersenyum kemudian bangkit dari duduknya. Rasanya ada beribu panah yang ia tusukan kedalam jantungku. Benar-benar menyakitkan meski aku tau ia juga tersakiti.
"Ah satu lagi, mulai sekarang segala urusan pernikahan akan di urus olehku dan kamu takan pernah bertemu dengan Kean" ia menoleh padaku ketika hendak keluar dari ruangan ini.
Aku benar-benar seperti perempuan rendahan yang mencuri milik orang lain. Aku memang perempuan jahat yang telah menyakiti perempuan lain. Aku benci menjadi seperti ini tapi sungguh salahkah jika aku mencintai laki-laki bernama Kean yang ternyata sudah dimiliki orang lain.
***
Aku mengikat rambutku seadanya kemudian mulai memegangi beberapa susunan acara yang ada ditanganku. Hari ini untuk kesekian kalinya, aku yang berprofesi wedding planner menangani resepsi pernikahan seseorang. Aku benar-benar suka konsep pernikahan. Sebuah janji suci yang akan kau ucapkan pada Tuhan untuk hidup semati bersama orang yang akan menemanimu seumur hidupmu.
"Ghe, dekorasi buat pelaminan belum siap tuh" Hani mengingatkanku sambil menujuk pelaminan yang belum tersentuh dekorasi.
"Iya padahal gue udah suruh orang dekor buat siapin, entar ya gue hubungin orang dekor dulu" tuturku sambil menjauh dari Hani untuk menelfon.
Aku menekan beberapa nomer yang ada di kartu nama yang ada ditanganku. Aku menunggu dering telefon dan akhirnya sambungan telefon diangakat oleh sang pemilik telefon. Aku baru saja menyapa orang yang akan mendekor pelaminan dan menemukan laki-laki itu. Ia tersenyum manis padaku dan aku tak kuasa menahan segala perasaan yang bercampur menjadi satu.
Ia mendekat padaku dan aku yang masih menatap matanya mundur satu langkah. Ia mengerutkan keningnya karena aku yang tiba-tiba mundur. Ia kembali berjalan kearahku dan yang kulakukan adalah berbalik dari hadapannya dan menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Planner
RomanceApa jadinya jika kamu menyukai orang yang akan menyiapkan pernikahanmu? Itulah yang dirasakan Kean Mardika. Ia yang sebentar lagi akan menikah harus menghadapi kenyatan bahwa ia menyukai Gheana Danishwara yang merupakan wedding planner-nya. Apa yang...