BAB 052

138 8 0
                                    

Penerjemah: Noon

"...."

Menyaksikan pemandangan itu, Cesare yang sedang menuruni tangga tanpa sadar menghentikan langkahnya. Kata-kata yang diucapkannya di dalam gerbong muncul di benaknya.

"Hanya untuk melihat betapa anggunnya adikku."

Wanita tidak akan menangis sembarangan, berteriak, atau berlarian karena terkejut. Mereka pasti tidak akan menghancurkan botol untuk melindungi diri mereka sendiri.

Cesare menyibakkan rambutnya ke belakang sambil menghela napas.

"Sangat naif."

Mungkin karena Adele terlihat sangat putus asa, tidak ada yang berani mendekatinya lagi.

Suasana yang tadinya panas, seperti minyak yang terbakar, kini menjadi dingin.

Saat Cesare turun ke lantai satu, dia perlahan-lahan mendekatinya. Orang-orang mengenalinya dan memberi jalan. Akhirnya, Cesare mencapai Adele.

Ketika dia semakin dekat, penampilan Adele menjadi lebih jelas.

Rambutnya acak-acakan, salah satu tali bahunya melorot, dan napasnya terengah-engah sehingga tidak mengherankan jika dia pingsan saat itu juga.

Matanya yang tidak fokus menatap ke angkasa. Ia tampak sama sekali tidak menyadari keadaan sekelilingnya.

"...."

Pemandangan itu tidak membuat Cesare senang.

Mengernyitkan alisnya, Cesare menghela nafas panjang. Kepalanya berdenyut-denyut.

"... Sepertinya wanita itu akan pergi. Tangani itu."

Sebelum kata-katanya selesai, beberapa orang yang mengenakan topeng Volto putih tiba-tiba muncul di tengah kerumunan, mengendalikan keadaan sekitar dan membuka jalan menuju pintu keluar.

Fokus Adele kembali ke sekelilingnya pada saat itu.

Mata kuningnya perlahan-lahan membelalak saat ia melihat kerumunan orang yang sebelumnya acuh tak acuh dengan cepat mundur ke posisi mereka.

"...."

Kepala Adele, yang sedari tadi mengamati pemandangan itu, perlahan-lahan menoleh ke arah Cesare.

Tidak?

Mata Adele sepertinya menanyakan pertanyaan itu.

Cesare menatapnya dengan ekspresi tanpa rasa geli. Ada sedikit keraguan.

Dia adalah Cesare Buonaparte, dan Adele Vivi hanyalah seorang tukang semir sepatu.

Membenarkan tindakannya untuk menenangkan seorang tukang semir sepatu adalah sesuatu yang tidak mungkin ada di dunianya.

"... Aku ingin menunjukkan kepadamu, karena sepertinya kau penasaran dengan masyarakat kelas atas."

Mata Adele membelalak. Cesare memberikan senyuman paling memukau yang bisa ia berikan.

"Apakah kau merasa terhibur?"

Tiba-tiba, air mata meleleh di mata Adele tanpa peringatan.

Itu adalah kejadian yang tiba-tiba dan hening.

"...."

Cesare, yang tadinya tersenyum tanpa sadar, berhenti. Pemandangan di depan matanya begitu sulit dipercaya sehingga pikirannya sejenak membeku.

Tapi air mata Adele yang jatuh diam-diam di balik topengnya adalah nyata.

Dia menangis seolah-olah jiwanya telah terluka tanpa henti. Keputusasaan, pengkhianatan, dan kesengsaraan bergantian di matanya, memantulkan cahaya lampu gantung.

Sangnyu SahweTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang