Hari ini tidak ada yang special.
Hari ini sama seperti kemarin. Aku bangun, lalu mandi, setelah itu Nora memberiku sarapan pagi. Tapi kali ini aku merasa ada yang berbeda dari makanannya.
Nora memberiku sup daging yang masih mengepul, dan beberapa camilan seperti kue dan macaron. Tapi, bukankah terakhir kali persediaan bahan makanan hanya tinggal sedikit? Aku menatap Nora heran, dan di balas dengan tatapan heran dari Nora.
"Ada apa, tuan putri?" Nora yang saat itu menaruh makanan di atas meja pun ikut menatapku.
"Bukankah katamu persediaan makanan kita terbatas? Kenapa makanannya banyak sekali?" Aku menatap ke arah makanannya, lalu kembali menatap Nora. Dari situ aku melihat senyum Nora yang tertarik lebar.
"Tuan putri tidak perlu khawatir, persediaan makanan kita sudah kembali terisi."
Aku membulatkan mata, "Bagaimana bisa?"
Namun anehnya, Nora tidak menjawab dan hanya melayangkan senyum lebar kepadaku sebelum dia pergi keluar dari kamarku. Aku mengaduk kuas suo daging itu dan mengernyit heran, darimana datangnya ini? Apakah Nora sempat keluar kastil untuk berburu hewan? Tapi kan tempat ini adalah tempat kosong, lalu darimana dia dapat bahan untuk kue dan macaron ini?
Yah, mau bagaimana pun isi pikiranku, pada akhirnya aku tetap memakan semua yang telah di sajikan.
Ku tolehkan pandanganku ke luar jendela kamar, meja makanku memang terletak tepat di depan jendela. Aku suka sekali menatap keluar saat sedang makan, itu jadi hal favoritku sejak setahun yang lalu. Banyak sekali yang berterbangan di pikiranku saat ini, namun aku tak tau pasti apa itu. Segala pertanyaan, segala rasa penasaran, rasanya menyatu jadi satu dan hal itu tak jauh dari 'Seraphine'.
Setidaknya aku masih hidup sampai saat ini, itu semua berkat Nora, berkat ayah yang mengirim ku ke sini. Walaupun tanpa kabar, tapi aku bersyukur masih di beri umur sampai kini.
Aku tak tau bagaimana keadaan Seraphine saat ini. Jikalau Seraphine masih dalam penjajahan, aku akan terus berharap supaya kekaisaran itu di beri kan menang, apabila Seraphine sudah bebas nan makmur, dan aku memang di lupakan bersama Nora maka aku akan bertahan hidup di sini dengan Nora. Tapi, jika kekaisaran benar-benar telah hilang dan hancur... entahlah, itu akan sangat berat.
Jika memang benar itu adanya, itu sama artinya dengan keluarga ku menempatkan ku di sini agar aku hidup dan aman. Apakah aku harus pergi ke Seraphine dengan inisiatif ku sendiri?
Lamunanku buyar saat Nora kembali masuk ke kamarku, dan ku dapati sup daging di depanku telah habis. Aku langsung dan membersihkan mulut ku dengan serbet yang di beri Nora.
"Aku ingin keluar,"
Nora, dengan ekspresi nya yang terkejut menatapku. "K-keluar? Keluar kemana, tuan putri?"
Aku mengerutkan dahi saat melihat reaksi nya, "Entahlah, aku merasa suntuk dan ingin jalan-jalan. Temani aku ya, Nora?"
Raut wajah Nora melunak, lalu senyum manis terukir di wajahnya, dia mengangguk semangat. "Dengan senang hati, tuan putri. Biarkan saya membereskan dulu piringnya,"
Entahlah, apa yang membuat nya terlihat begitu lega?
____
Demi apapun, ternyata selama ini aku terlalu mengurung diri di dalam kastil. Bahkan aku tidak tau kalau ada tempat seindah ini di hutan terpencil seperti ini.
Sekarang, di depan ku, terdapat sebuah telaga kecil dengan air yang jernih dan bersih. Tidak terlalu dalam, tapi juga tidak dangkal. Sayangnya, tidak ada makhluk hidup di dalamnya, bahkan ikan satupun dan sekecil apapun aku tidak lihat. Yah, memangnya apa yang di harapkan dari tempat kosong seperti ini?
Nora menuntunku untuk duduk disebuah batu di pinggir telaga. Aku tidak datang dengan tangan kosong, aku membawa sebuah buku bacaan dari perpustakaan kastil. Walaupun isinya tidak lengkap, tapi setidaknya ada beberapa buku yang masih bisa di baca.
"Aku tidak pernah tau ada tempat ini sebelumnya," ucapku dengan menatap ke dasar telaga. "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"
Nora yang awalnya diam kini menatapku, "Dulu, saat tuan putri berusia 16 tahun, saya pernah membuat janji dengan orang suruhan Baginda di sini. Kami saling bertukar informasi tentang keadaan Seraphine dan keadaan tuan putri," Dia kembali menatap telaga tersebut. "Namun sejak saat itu, tidak ada lagi orang suruhan Baginda yang datang kemari untuk memberikan informasi,"
Aku terdiam, menyimak setiap kata yang keluar dari bibir Nora. Jika dia bilang pada saat itu usiaku enam belas tahun, itu berarti 2 tahun setelah tuan Dean datang kemari. Tapi kenapa aku tidak tau sama sekali ya?
"Informasi terakhir kali yang saya dapatkan adalah keadaan Seraphine yang semakin memburuk. Saat itu Putra Mahkota menghilang tanpa jejak dan pangeran menjadi tahanan. Sedangkan Baginda tetap bertarung bersama para bangsawan lainnya," Nora memperbaiki posisi duduknya, dan terlihat menunduk lesu, "Dan setelah itu tidak ada lagi informan yang datang kemari..."
Mataku bergetar kemudian, aku menunduk dan tangan ku tergenggam erat. Mendengar penjelasan Nora, bukankah itu berarti Seraphine memang sudah hancur? Tapi ayahku masih berjuang ditengah kondisi kakak sulungku menghilang dan kakak kedua ku yang menjadi tahanan. Bukankah masih ada harapan? Atau... Tidak?
"Nora..." Aku memanggil lirih, "Ayo kita pulang ke Seraphine..." Ku angkat kepalaku dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca, dan sedetik kemudian setetes air turun melalui kedua pipiku.
Nora menangkup wajahku dan mengusap air mataku, lalu menggeleng. "Tidak... Tidak boleh. Apapun yang terjadi tuan putri tidak boleh pergi dari tempat ini sebelum pihak istana menjemput tuan putri." Nora tersenyum lembut dan menarik nafas, "Hilangkan pikiran buruk itu. Saya rasa, Seraphine masih bertahan,"
"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?"
Nora memegang kedua tanganku, lalu menatapku lembut. Kedua mata teduh itu berhasil memenangkan ku, "Ada kiriman bahan makanan di depan kasti beberapa hari yang lalu,"
Aku mengernyit bingung, jadi itu sebabnya Nora menyiapkan sarapan yang banyak pagi ini? Tapi, siapa yang mengirim makanannya.
"Tidak ada yang tau tempat ini selain pihak istana, Nora."
"Itu dia," Nora tambah melebarkan senyumnya, "Bukankah itu berarti Seraphine masih baik-baik saja?"
Aku terdiam, memandang kakiku dan terendam di dalam air telaga yang hangat. Senyum kecil terukir di bibirku, dan semakin lama semakin lebar hingga aku terkekeh senang. Berita sekecil itu, amat sangat menenangkan hati. Kekhawatiran ku sedikit mereda. Aku langsung memeluk erat Nora dan tersenyum lebar. "Terima kasih sudah merawat ku, Nora,"
Nora balas memelukku dan mengelus rambuku, "Sudah tugas saya, tuan putri..." dan aku sadari, Nora tersenyum kecil dan... Meneteskan air matanya.
____
Ilustrasi by pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Seraphine Castle
FantasyRhea, hiduplah dengan apa yang ada padamu saat ini... Tunggulah hingga mereka menjemputmu, lalu pulanglah dengan selamat.