chap-5

131 22 0
                                    

.
.
.
.
.
.
".. dia memiliki sifat yg seolah tak peduli, padahal hatinya sangat peduli .."
- Ice -
.
.
.
.
.
.

━━━━━━━━━━━
📖 happy reading 📖
━━━━━━━━━━━━


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
14:20 pm

          Hari sedang hujan, membuat suasana menjadi terasa dingin. Suhu dingin seperti ini biasanya orang-orang akan menarik selimut untuk tidur atau membuat teh untuk menghangatkan diri.

Tapi tidak dengan Halilintar. Dia sedang berdiri di teras depan rumah yg tidak terkena hujan, menunggu adik adiknya pulang. Harusnya sih adik adiknya itu sudah pulang dari jam setengah satu, tapi langsung hujan. Jadi Halilintar khawatir adik adiknya kenapa napa.

Halilintar sudah mondar mandir di teras depan itu sesekali menatap gerbang yg masih tertutup itu, berharap adiknya langsung muncul di sana. Karena tidak biasanya mereka tidak menerobos hujan saja. Biasanya kalau hujan, pulangnya sudah basah kuyup.

Karena semakin khawatir, Halilintar mengambil jaketnya dan payung nya. Saat akan keluar, mata Halilintar melirik ke lemari di bawah TV tempat jaket yg berbahan sama dengan jaket milik nya. Halilintar langsung mendekat ke lemari itu dan membuka lemari itu.

Ada lima jaket yg berbahan sama dengan nya. Halilintar berpikir mungkin dia akan memberikan jaketnya lagi pada salah satu nya. Halilintar mengambil semua jaket itu, lalu keluar rumah mencari adiknya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Skip.
━━━━━━━━━━━━

Halilintar berjalan di bawah hujan, sambil melirik setiap sisi jalan untuk mencari mereka. Setelah lama mencari, Halilintar melihat adiknya sedang duduk di halte bus. Halilintar tersenyum kecil, lalu berlari mendekati mereka.

Thorn yg menatap hujan dari tadi, melihat Halilintar yg berlari ke arah mereka. Thorn tersenyum lalu melambaikan tangannya.

".. eh.. KAKK HALIII!!" panggil Thorn. Hal itu menarik perhatian saudaranya yg lain membuat mereka menatap ke Halilintar yg berlari ke arah mereka.

Halilintar berdiri di depan mereka. Dan langsung di peluk oleh Thorn, dan di susul yg lainnya. Sedangkan Hali hanya membiarkan adik adiknya itu memeluk nya.

Setelah semuanya melepas pelukannya, mereka menatap Hali dengan bingung.

"Kenapa kak Hali di sini? Kan lagi deras banget tuh.." tanya Gempa.

Hali menatap mereka, lalu melempar 5 jaket yg tadi di bawa nya ke arah Taufan. Beruntung Taufan menangkapnya.

"Aku cuman mau kasih kalian jaket itu. Jaket itu bahannya sama dengan jaket ku, jadi jaga baik baik." ucapan Hali di angguki adiknya yg lain. Masing-masing mereka mengambil jaket yg berbeda warna. Biru Taufan, coklat-emas Gempa, oren Blaze, hijau Thorn, dan kelabu-kuning Solar.

Hali baru menyadari Ice tidak bersama mereka. "Ice mana?"

"Katanya dia ada les memanah hari ini. Harusnya sih sudah pulang.." jawab Gempa. Mereka memang sempat mampir ke sekolah Ice sebelum nya. Hali hanya mengangguk dengan jawaban Gempa.

"Kalian pulang lebih dulu. Jangan mampir kemana mana lagi. Aku mau jemput Ice dulu." ucap Hali di angguki oleh adik adiknya.

Hali lalu berlari lagi di tengah hujan deras itu untuk menjemput Ice di sekolah nya. Kenapa tidak berpikir Ice akan pulang? Karena Ice benci pakaiannya basah, jadi dia tidak akan menerobos hujan. Lebih memilih menunggu hujan reda.

-You're The Bets Brother˚•[up tak menentu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang