22

23 2 0
                                    

Rumah Sakit

Tidak terasa sudah seminggu laki-laki itu terbaring di ruangan bernuansa putih ini. Reno, ia masih sama seperti 6 tahun yang lalu. Laki-laki itu tidak banyak berubah, hanya saja tubuhnya semakin lama semakin melemah seiring waktu.

Ruangan yang ia tempati 6 tahun yang lalu pun sama, hanya dindingnya yang berubah. Yang semula cat putih polos, sekarang setengah dari dinding itu dilapisi keramik.

“Sus, saya boleh pulang kan sekarang?” tanya Reno pada perawat yang sedang menemaninya

“Kalo tidak ada keluhan dan dokter mengizinkan, mas Reno bisa pulang sekarang” ucap perawat itu

“Saya sudah enakan kok”

“Baik, nanti saya bantu bilang ke dokternya ya”

“Makasih ya, sus”

Detik berikutnya perawat itu keluar dari ruangan Reno.

“Gua harus keluar dari sini secepatnya, gua harus sekolah besok” ucap Reno.

Rumah Rena

Seperti biasa, hari ini Rena kembali belajar bersama Reyga serta ditemani oleh Alena dan Nadia. Setelah pulang sekolah, Nadia langsung bergegas ke rumah Rena tanpa mengganti seragam yang melekat pada tubuhnya.

Sedangkan Alena? Ia sedari kemarin terus mengikuti kemana Reyga pergi, tetapi anehnya sekarang ia tidak kembali mengganggu keduanya. Sedari sampai, Alena tidak mengeluarkan sepatah katapun, seperti sedang memikirkan sesuatu? Entahlah, hanya Alena yang tahu.

“Kak Alena, kenapa diem aja kak? Ada apa?” tanya Rena membuka pembicaraan

“Eh, iya Ren, gapapa kok gapapa. Lanjut aja” sahut Alena. Suaranya lebih lembut dari sebelumnya, entah ada apa dengan dirinya hingga berubah sedemikian rupa.

“Udah, Na. Biarin aja, kita lanjut aja belajarnya” timpal Reyga

“Gua ke kamar lu aja ya, Ren. Ngantuk, mau tidur” ucap Nadia

“Iya, Nad. Lagian kamu sih segala langsung kesini, kan bisa pulang dulu” ucap Rena disertai omelan khasnya.

Nadia tidak mengubris ucapan Rena, ia malah langsung menaiki tangga menuju kamar Rena.

Kini di ruang tamu tersisa Rena, Reyga dan Alena. Selang beberapa waktu, kegiatan belajar pun selesai. Tidak terasa, Rena semakin hari semakin cepat memahami pelajaran dalam kurun waktu yang terbilang sebentar.

“Kamu cepet banget sih pahamnya, pertahanin ya, Na” ucap Reyga bangga dengan kemajuan Rena yang cukup meningkatkan.

“Alhamdulillah kak, ini berkat kak Reyga juga” ucap Rena

“Yaudah, kita izin pamit dulu ya, Na” ucap Reyga sembari beranjak dari duduknya

“Iya kak, makasi ya kak, maaf kalo aku cuma ngasih cemilan begini”

“Gapapa, Na. Kita ngga butuh ini sebenarnya, tapi kalo dikasih ya harus diterima. Rezeki ngga boleh ditolak, yakan?”

“Hehe, iya kak”

“Ayo, Len. Pulang” ajak Reyga

“Tunggu, Rey” ucap Alena

“Mau ngapain lagi?” tanya Reyga

“Ada apa kak?” tanya Rena

“Gua mau nanya sesuatu sama lu, Ren” ucap Alena

“Nanya apaan lagi?” tanya Reyga

“Diem dulu bisa ngga, Rey?”

“Oke” ucap Reyga pasrah

“Nanya apa ya kak?” tanya Rena penasaran

Lentera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang