5. Suka? II

79 17 0
                                    

Seiring berjalan waktu, kedekatan Ashel dan Adel menjadi semakin dekat. Ashel menganggap Adel sebagai teman yang baik, dan Adel menganggap Ashel (teman) baik juga.

Ashel menjadi lebih sering nongkrong dengan Adel, sementera Kathrin dan Marsha entah kenapa menjadi dekat dengan Zee.

"Shel" kata Adel, sambil memainkan rambut Ashel.

Ashel sedang fokus merapikan rambutnya, cemberut ketika Adel memberantakannya lagi.

"Ih, Adel, rambut gue jadi makin berantakan dong!" katanya jengkel.

Adel tertawa, "Pulang bareng gue yuk?"

Ashel mendelik, "Ga"

"Ayo dong," ajak Adel "jangan pundung gitu"

Ashel diam saja, dia masih kesal.

Adel menurunkan tangan dari rambut Ashel ke tangannya. Mengenggamnya. Ashel memandang Adel lamat-lamat.

"ADELL!" teriakan itu memecah keheningan.

Dari kejauhan, Adel bisa melihat Zee berlari mendekatinya.

"Del, lo harus denger—" Zee berhenti berbicara ketika melihat Ashel. Lebih tepatnya melihat Adel dan Ashel berpegangan tangan.

"Kalian—" kata Zee sambil menatap keduanya "kalian jadian?"

Ashel salah tingkah, reflek melepas tangan Adel, lalu menggeleng.

Berbeda dengan Ashel yang salah tingkah, Adel hanya tersenyum dan tertawa kecil, tapi lanjut menggeleng.

"Oh, kirain" jawab Zee setengah kecewa.

"Terus lo tadi mau ngomong apa?" tanya Adel.

"Nanti aja deh" jawab Zee "gue pulang ke rumah lo ya Del?"

Adel melirik ke arah Ashel.

Ashel menatapnya balik, "Gakpapa, lo main aja sama Zee"

"Tapi gue ngajak lo duluan" balas Adel.

"Nggak apa-apa, Adel" Ashel memandangnya "lagian juga gue ada acara abis ini"

"Yaudah"

Ashel tersenyum, lalu melambaikan tangan.

"Have fun, ya, kalian berdua" lalu Ashel beranjak pergi.

***
Adel melempar tasnya ke sofa, lalu menyalakan televisi. Mencari siaran menarik.

"Jadi lo mau ngomong apa ke gue?" tanya Adel sambil menekan tombol di remot.

Zee duduk disampingnya.

"Sebelum itu," kata Zee "gue mau nanya sesuatu ke lo, dan lo harus jawab jujur"

Adel mengangguk.

"Lo suka sama Ashel?"

Pertanyaan itu membuat Adel menelan ludah. Lidah Adel kaku, dia bingung harus menjawab apa. Baginya, Ashel menganggapnya sebagai teman, tapi dari lubuk hatinya yang paling dalam, Adel tertarikdengan Ashel. Adel belum tahu banyak hal tentang Ashel, karena Ashel sendiri orangnya sangat tertutup.

Apakah Adel menyukai Ashel? Mungkin jawabannya, iya. Seumur hidup Adel, Ashel adalah sahabat yang paling menarik. Ashel orangnya keras kepala, lebih keras kepala dari Zee. Mood Ashel bisa berubah setiap saat, tapi itu membuat Adel merasa makin tertarik dengan Ashel. Ashel cantik—sangat cantik.

"Nggak tahu" jawab Adel singkat.

"Del, gue perhatiin ya, sikap lo ke Ashel dan ke orang lain itu beda"

"Beda gimana?"

"Kalo ke orang lain, lo dingin, kalo ke Ashel lo tiba-tiba mencair aja gitu"

"Ya mungkin karena Ashel nggak nge-judge gue kaya orang lain"

Zee diam sesaat.

"Lo nanya itu doang?" tanya Adel.

Zee menggeleng, "Sebenernya ada lagi"

"Apa?"

"Lo inget mantan lo?"

"Yang mana?"

Pertanyaan Adel membuat Zee mendelik sebal. Dasar buaya.

"Yang tergila-gila sama lo, yang pacaran sama lo ga nyampe sebulan"

"Oh, yang itu, kenapa?"

"Katanya dia mau pindah sekolah ke 48 School"

Kata-kata itu sukses membuat wajah Adel menjadi horor.

***

Hai, hai, haiii. Maaf banget jarang update. Aku lagi sibuk bangett, maaf ya kalo ceritanya kependekan. Jangan lupa bintangnya, kalo ada ide lanjutan komen aja!! Makasihh!! Tunggu nextnya yahhh

Our Secret Diary (A DelShel Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang