4

86 15 2
                                    

Pria berkulit tan ini sedang duduk di atas hospital bed sembari menyamankan dirinya dengan selang yang menyatuh dengan tangannya. Lengan kirinya di perban karena terdapat sedikit luka karena kejadian tadi siang di tempat kerja.

Haechan memegang kepalanya yang sedikit terasa sakit "Ah, baru hari pertama disini aku sudah kena musibah seperti ini". Dia melihat kearah meja kecil di sampit bed itu lalu mengambil ponselnya disana dan menelepon orang tuannya..

"Mae, aku kena musibah sewaktu di tempat kerja tadi siang. Dan aku sedikit terluka, sekarang aku lagi di rumah sakit" Kata Haechan ketika panggilannya tersambung dengan Ten, ibunya.

"Astgaa Haechan, kau ini kenapa ceroboh sekali itulah Mae tidak memberimu ijin untuk pergi kesana, karena Mommy tau kamy ceroboh.. Aiish, berikan alamatmu sekarang, Mae dan Daddy akan segera menyusulmu" Haechan sedikit menjauhkan Hp-Nya dari  kupingnya, pasalnya Ten sudah mengomel panjang lebar dan itu membuat telinga Haechan sakit.

"Tidak perlu Mae, aku akan segera balik. Tinggal menunggu cairan infus-ku habis dan aku akan pulang setelah itu.. Baiklah, kalian tidak perlu khawatir, aku anak yang kuat, bye byee, sampai jumpa lagi" Dia langsung menutup panggilan itu secara sepihak.

Tidak tau saja di seoul sekarang Ten sedang mengomeli anak itu dan Hendery lah kena imbasnya karena mendengar ocehan Ibu mereka itu..

Pintu terbuka mengalihkan pandangan Haechan. Disana terdapat Doyoung yang baru saja masuk.

"Oh kau sudah sadar? Tunggu cairan infusnya habis baru ku antarkan pulang dirimu ke hotel, ya? Katanya sembari berjalan mendekati tempat Haechan

"Eemm,  dimana Mark?" Tanya Haechan langsung ke intinya

Pasalnya saat dia bangun tadi, hanya ada dia sendiri di ruangan ini, dan sekarang hanya ada doyoung yang masuk ke ruangannya.

"Dia pergi menemui seseorang.. Dia memintaku untuk mengantarmu pulang jika kau sudah baik-baik saja" Doyoung

"Pasti dia menemui pacarnya itu" Haechan tersenyum geli lalu merebahkan tubuhnya kembali

"Pacar? Dia tidak punya pacar setauku.." Doyoung duduk di sofa tak jauh dari tempat Haechan.

"Ada. Tadi pagi perempuan itu menelepon Mark, dan meminta Mark untuk menemuinya malam ini"

"Hmmm" Doyoung mengangguk paham
"Kurangajar Mark ini, awas saja kalau benar kau punya pacar" Kata Doyoung dalam hatinya.

Setelah itu tidak ada yang berbicara lagi dan mereka berdua langsung masuk ke alam mimpinya masing-masing.








Pagi tiba dan Haechan kini sudah boleh pulang. Sesuai perkataan Doyoung, pria tinggi putih itu pun mengatar Haechan pulang ke hotel.

Sesampainya mereka berdua di hotel, disana tidak ada Mark. Dan ruangan ini masih sangat rapih, yang artinya Mark tidak pulang semalaman.

"Lihat, dia tidak pulang kan? Dia pasti sedang bersama pacarnya" Kata Haechan sembari menuju ke sofa untuk duduk.

Mendengar perkataan itu, Doyoung keluar dan menelepon Mark. Tapi sayangnya Mark tak mengangkat panggilan itu..

"Sial, kemana anak ini sebenarnya. Awas saja kau Mark" Doyoung sudah sedikit emosi karena Mark ini.

Kembali Doyoung masuk dan melihat Haechan berbaring di sofa sembari memainkan ponselnya.

"Sedang apa kau?" Doyoung

Haechan segera mengambil posisi duduk "Oh ini, aku sedang memberi tahukan kabarku kepada keuargaku di Seoul"

"Yasudah, kau istirahat saja.. Mark pasti akan pulang sebentar lagi. Aku akan kembali sekarang, kau tak apa kan jika ku tinggal sendiri?" Doyoung

"Iya baiklah, aku tidak apa-apa jika ditinggal. Aku sudah terbiasa. Hati-hati ya" Keduanya berjalan ke arah pintu.

Setelahnya Doyoung pun pergi dan menyisakan Haechan seorang diri di kamar hotel ini.

Merasa lapar, Haechan pun meminta pelayan hotel untuk membawakannya makanan. Dia langsung melahap makanannya itu setelah

Haechan ingin sekali membersihkan dirinya, tapi lengannya masih sedikit ngilu untuk bergerak terlalu banyak jadi dia memili untuk istirahat saja sehabis makan.

Seorang lelaki berparas cantik tengah membawa mobil sembil menangis sesegukan. Karena emosinya diapun mengalami kecelakan. Dia susah payah ingin membuka pintu mobil yang ia kendarai, tapi tidak dapat ia buka sampai akhirnya mobil itu jatuh ke dalam air yang deras arusnya dan kemudian meledak.

Orang banyak terkumpul di atas sana menyaksikan mobil yang sudah hancur berkeping-keping

"HAECHAN.. HAECHANN..."

"Eng.. Eng.. Tolong aku"

"Hey.. Haechan, bangun"

Ada Mark disini. Dia nepuk-nepuk pipi Haechan, karena sedari tadi anak ini seperti gelisah dalam tidurnya, dia selalu meminta tolong dan memaling-malingkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sepertinya anak ini mimpi buruk.

"Hey Hechan" Mark pun segera mengangkat setengah badan Haechan dan membawa lelaki manis itu dalam dekapannya. Pasalnya Haechan mulai menangis tapi masih dalam keadaan tidur

"Hikss... Hikss... Tolong akuu.." Kata Haechan sembari menangis di dalam dekapan Mark

"Haechan, bangun.. Aku ada disini, aku Mark. Aku akan menolongmu, tapi bangunlah dahulu" Mark mengusap perlahan air mata Haechan yang membasahi pipi gembulnya itu.

Usahanya pun tak sia-sia, Haechan akhirnya terbangun dari mimpinya itu.

Bukan menjauhkan dirinya dari Mark, Haechan malah memeluk Mark lebih erat "Mark, aku takut... Hikss.. Hikss"  Suaranya terendam didalam dada bidang Mark, anak itu menyembunyikan wajahnya disana.

"Sudah tenanglah, ada aku disini" Ucap Mark perlahan sembari mengusap punggung Haechan dengan lembut..

Pria manis itu pun melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

"Apa yang kau mimpikan? Coba ceritakan pada ku." Ucap Mark ketika melihat Haechan sudah sedikit tenang

"Ehm.. Aku mimpi, aku sedang membawa mobil sembari menangis, lalu setelahnya mobil yang aku kendarai hilang kendali dan aku jatuh ke sungai. Mobil itu meledak dan aku berusaha untuk berenang, tapi tidak bisa. Aku juga melihat diatas jembatan sana banyak sekali orang, dan disana ada kau, Mark. Kau memanggilku sambil berteriak kencang dan kau juga menangis.. Aku bingung" Jelas Haechan mengenai mimpinya

"Bingung apanya?" Mark

"Aku sudah 2 kali memimpikanmu. Pertama aku mimpi sebelum aku bertemu dengan kau. Didalam mimpi itu aku melihat  kita berdua saling mencintai, kau bahkan memberikanku boneka. Tapi setelahnya mimpiku mulai samar-samar dan aku tidak ingat lagi setelah itu" Haechan

Mark mengangguk patuh lalu menangkup pipi Haechan "Dengar, itu hanya mimpi. Kau baik-baik saja disini, ada aku disini.. Kembali lah istirahat, aku akan membersihkan diriku dulu" Tutur Mark dengan lembut membuat perasaan Haechan menghangat.

Haechan pun menuruti perintah Mark, dan langsung merebahkan tubuhnya lagi lalu menutup matanya kembali.

Si Mark itu menatap wajah damai Haechan yang sudah tertutup mata di depannya. Perlahan dia mengusap pipi Haechan yang masih terasa lembab karena air matanya tadi "Maafkan aku, akan ada saatnya kau tau semuanya, Haechan-a" Setelahnya dia pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

S2 for BB(?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang