KRING...KRING....KRING...
Terdengar sangat keras bunyi jam weker dari kamar seorang wanita yang sedang terlelap dalam tidurnya, dengan sekuat tenaga ia membalikkan tubuhnya untuk mematikan suara dari jam tersebut. Matanya terlalu lelah begitu juga dengan tubuhnya, sehingga tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah bingkai foto yang membuatnya sontak terkejut dan dengan cepat meletakkannya kembali di atas meja. Akan tetapi foto tersebut berhasil mencuri perhatiannya.
✧✧✧✧
Flashback on
24 tahun yang lalu,
Tanggal 08 Agustus 2000,
Oek..Oek...Oek...terdengar suara bayi menangis dari kamar persalinan yang baru saja lahir ke dunia.
"Selamat ya Bu, Pak. Anaknya perempuan yang sangat cantik dan sehat." Ucap bahagia dari Sang Dokter.
Kabar yang seharusnya sangat membahagiakan, tetapi menghampiri pasangan suami istri ini. Mereka hanya menatap satu sama lain dengan raut wajah yang amat bingung dan kecewa.
"Dok, dokter nggak salah kan kalau anak itu anak perempuan?" tanya sang suami dengan bingung.
"Iya, mungkin dokter salah liat, soalnya kemarin waktu terakhir USG dokternya ngomong kalau itu anak laki-laki," kata sang istri terbata-bata dengan perasaan yang campur aduk.
"Gak mungkin salah Bu, Pak, saya sudah periksa dengan amat jelas," dokter berkata dengan perasaan yang bingung.
Saat dokter ingin menaruh bayi tersebut di dekapan ibunya, dengan tegas ibunya menolak dan membuang muka.
"Bawa pergi bayi ini jauh-jauh dari saya!" Ibunya berkata dengan muka yang kesal dan marah.
"Ta..tapi Bu...," dokter kembali terbingung dan berkata dengan terbata-bata.
"SAYA BILANG BAWA PERGI YA BAWA PERGI!" Bentak sang ibu.
Anak itu bernama Azella Eleanore, nama yang seharusnya diberi oleh kedua orang tuanya, namun ternyata diberikan oleh seorang dokter yang melahirkannya. Nama yang sangat indah, namun kehidupannya tidak seindah namanya. Selama 6 tahun anak tersebut hidup di keluarga yang tak pernah sekalipun bahagia dan bersyukur dengan kehadirannya. Kehidupannya tak seperti anak-anak seumuran Zella pada umumnya. Setiap hari ia hanya mendengar pertengkaran di luar kamarnya. Baginya, hal tersebut bukanlah hal yang aneh lagi. Di dalam kamar anak-anak biasanya terpajang banyak buku, mainan, ataupun foto masa kecil, tapi tidak dengan dirinya. Di kamarnya hanya terpajang banyak obat seperti salep untuk lebam, betadine, perban, dan hansaplast. Sejak kecil hidupnya hanya penuh dengan kekerasan.
"ZELLA, SINI KAMU!" Teriak ayah dari luar kamar.
"I..iya Yah, kenapa Ayah..," dengan terbata-bata dan perasaan takut Zella menghampiri Ayahnya diluar kamar.
"SUDAH BERAPA KALI SAYA BILANG, JANGAN PANGGIL SAYA AYAH, DASAR ANAK PEMBAWA SIAL, KAMU TAHU GARA-GARA KAMU, SAYA DAN IBU KAMU CERAI," bentak ayahnya.
" Ma..maaf Ayah". Tutur lembut anak kecil itu yang bahkan tidak mengerti apa kesahalan yang dia lakukan.
"Heh, maaf kamu bilang," cela Sang Ayah.
Plak...
Suara tamparan yang begitu keras terdengar. Tidak hanya sekali tapi berkali-kali terjadi.
"Sa..sa..sakit Ayah," rintih Zella sambil memegang wajahnya dan meneteskan air matanya .
" Rasain ini, coba aja kalau kamu anak laki-laki pasti saya dan ibumu gak akan cerai," ayahnya menjawab dengan emosi yang semakin membludak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXELEA: Penyempurna Kisah
Romance"Seseorang yang berharga dalam hidup kita tidak selamanya sosok yang menyembuhkan, terkadang mereka justru alasan mengapa kita hancur. Fakta menyakitkan ini membuatku bertanya, bukankah lebih baik jika ia tidak hadir dalam hidupku?" - Azella Eleanor...