10 Oktober 2006,"Oke saya setuju," pernyataan Ibu panti yang sedang berbincang dengan seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah seorang ibu yang ingin mengadopsi Zella. Tidak semudah itu untuk Ibu panti memberikan izin pengadopsian anak dari Panti tersebut. Ibu itu tidak menyerah dan ia menawarkan bayaran berupa uang sebesar Rp. 20.000.000. Akhirnya Ibu panti itu pun setuju dengan tawaran tersebut.
Ia langsung datang mendatangi Zella dan menyuruhnya untuk bersiap. Zella yang dengan polosnya mengira bahwa sang ayah telah datang untuk menjemputnya kembali, ia sangat bersemangat dan bahagia. Sebelum ia keluar dengan barang bawaannya, ia tidak lupa menyamperi sang kakak yang sudah menemaninya selama di rumah panti tersebut.
"Kakak, Ayah sudah datang jemput aku lagi. Kakak mau ikut Zella aja gak biar Kakak nggak sendirian lagi disini," ujar Zella yang senang namun sedih karena harus berpisah.
"Zella, Kakak senang ada kamu disini, tapi Kakak nggak bisa ikut. Zella janji ya sama Kakak untuk jadi anak yang pintar," permintaan singkat yang diberikan sang kakak.
"Zella janjiii, makasih ya Kak udah menemani aku selama disini, Zella sayang... Kakak," ungkap Zella sambil menempelkan kelingking miliknya dengan sang kakak dan berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum mereka berpisah.
Dengan berat hati Zella menapakan kakinya ke arah ruang tamu. Betapa kecewa dirinya saat melihat ayahnya tidak ada, dan hanya melihat seorang ibu-ibu. Ia terdiam beberapa saat karena merasa putus harapan. Tiba-tiba ibu panti memanggilnya untuk datang menemui ibu yang akan mengasuhnya. Dengan perasaan yang campur aduk antara kecewa dan sedih, perlahan ia maju dan menyamperi ibu itu untuk menyalami tangan ibunya.
"Hi cantik, kamu ikut sama Ibu yuk," ajak sang ibu.
"Gak mau, Ibu siapa? Kok bukan Ayah yang datang?" tanya Zella dengan perasaan kecewanya yang sangat mendalam.
Ibu panti langsung menarik tangannya dengan kencang dan membisikan dirinya untuk menuruti saja apa yang dikatakan ibu yang ingin mengadopsinya. Dengan terpaksa dia meninggalkan sang kakak yang sangat dia sayangi. Walaupun mereka sudah tidak berada di satu tempat yang sama, air mata kakak dan Zella menetes di waktu yang bersamaan karena perpisahan tersebut.
✧✧✧
Sesampainya di rumah sang ibu asuh, ia terdiam dikarenakan rumah sang ibu yang sangat besar dan megah. Dirinya langsung diperkenalkan kepada semua orang yang ada di rumah mewah tersebut. Ia juga langsung disambut hangat dengan semua orang termasuk pembantu yang ada di rumah tersebut. Semuanya langsung membantu dirinya untuk menuju ke kamar yang akan ia tinggali selama berada di rumah tersebut.
"Non, kalau butuh apa-apa langsung panggil aja ya. Jangan takut, Ibu sangat baik kok dengan semua orang apalagi sama Non," saran pembantu tersebut sambil tersenyum hangat.
Zella yang masih tidak menyangka dengan semuanya hanya termenung diam di atas kasur. Sang ibu tiba-tiba masuk ke kamarnya dan memulai perbincangan dengan menanyakan hal-hal yang membuat anak kecil itu mulai merasa nyaman.
"Nama kamu Zella kan?" tanya lembut ibu.
"Iya bu, nama panjangnya Azella Eleanore," jelas Zella.
"Kalau begitu, mulai sekarang kamu panggil Ibu mama dan mama panggil kamu Lea ya, mau?" pinta sang ibu.
"Mau bu, ehh..maksudnya ma," sahut Lea.
Mulai hari itu nama panggilannya bukan lagi Zella, melainkan Lea. Hari-hari Lea berubah secara drastis yang tadinya penuh dengan kehancuran, sekarang menjadi kehangatan. Ia juga mulai bersekolah kembali di Sekolah Bintang Kecil yang terkenal dengan keelitannya. Lea adalah anak yang sangat rajin, ia selalu memanfaatkan waktu dengan sangat baik. Begitu juga dengan sang ibu yang selalu mengajaknya jalan-jalan keluar dan menghabiskan waktu bersama untuk bercerita dan bercanda tawa.
Senangnya anak kecil itu karena mendapatkan kasih sayang yang luar biasa walaupun bukan dari orang tua kandungnya sendiri. Kehangatan itu tidak hanya berasal dari rumah tetapi juga dari sekolah. Dirinya memiliki banyak teman dan sahabat yang membuat hidupnya semakin lengkap.
BERSAMBUNG....
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXELEA: Penyempurna Kisah
Romance"Seseorang yang berharga dalam hidup kita tidak selamanya sosok yang menyembuhkan, terkadang mereka justru alasan mengapa kita hancur. Fakta menyakitkan ini membuatku bertanya, bukankah lebih baik jika ia tidak hadir dalam hidupku?" - Azella Eleanor...