Prologue

581 61 13
                                    

"200 dolar.."

"300.."

"500.."

Semakin lama, nilai yang ditawarkan semakin naik.

Memang sebanding..

Setiap angka yang disebutkan memang sebanding dengan harga barang di atas panggung sana.

"400 juta.."

Semakin fantastis, yang sedang dilelang dan diperebutkan memang bukanlah barang sembarangan.

Siapa pun yang berhasil membawanya pulang setelah acara ini selesai, maka pertanda bahwa dewi keberuntungan memang benar-benar sedang memihaknya.

"600 juta.."

Seiring dengan melambungnya harga, maka tangan yang terangkat ke udara untuk menyebutkan nominal selanjutnya mulai menipis.

Hanya tinggal orang-orang yang memang memiliki kemampuan saja yang berani bersuara dan tampaknya, '600 juta' akan menjadi angka penutup untuk malam ini.

"600 Juta!!.. ada yang lebih tinggi lagi?!!.."

Seru si petugas lelang tampak begitu bersemangat, sungguh kegiatan lelang malam ini adalah kegiatan lelang yang paling menyenangkan di sepanjang karirnya.

Tidak pernah ia mendapat tawaran seramai dan seheboh ini, hampir setiap orang berminat pada barang yang satu ini bahkan harga yang ditawarkan tidak main-main.

Ia memulai tawaran terendah di angka 100 dolar, siapa sangka kalau detik ini ia berhasil mendengarkan angka fantastis yang sama sekali belum pernah ia dengar sebelumnya.

"600 juta!!.."

Teriaknya lagi sembari mengangkat palu kayu di tangannya berniat mengakhiri tawaran karna tampaknya memang sudah tidak ada lagi yang sanggup menawar.

Laki-laki yang baru saja menawar, menatap lekat barang yang masih berada di dalam kotak kaca di atas panggung sana.

Ia duduk di kursi paling depan, menyandarkan punggung lebarnya pada sandaran kursi dengan kaki tersilang.

Sikap tenang serta seringaian nakal dari bibir tipisnya menambah kesan mahal dan wibawa pada tubuh tegap nan atletisnya yang terbalut jas licin berwarna abu muda.

"Kita tutup di harga 600 juta dolar!!.."

Suara pelelang kembali melengking di dalam ruangan, membuat sang calon pemenang semakin meninggikan tarikan di sudut bibirnya.

Tonjolan kecil di lehernya tampak naik turun menandakan ia sudah tidak sabar untuk segera membawa pulang barang yang sebentar lagi akan ia klaim sebagai miliknya.

Sang pelelang mengangkat palu keputusannya, beberapa detik lagi benda kayu itu akan sampai pada tatakan kecil diatas meja..

"1 milyar!!.."

Suara dingin dari sudut ruangan terdengar mengalun berat membuat palu si pelelang jatuh seketika.

Kini, semua kepala sedang menoleh ke belakang, melihat seseorang yang duduk di kursi paling sudut dengan kaki menyilang serta tangan tersimpan di saku celana.

"Sa--satu milyar?.."

Laki-laki paruh baya di atas panggung tergagap, semua orang ikut terperangah mendengar nominal yang disebutkan.

"Yeah.. One. Billion. Dollars.."

Tekan sang penawar guna memperjelas.

Sejak awal, perannya memang tidak tersorot bahkan nyaris tidak dianggap. Tapi memang itulah yang ia inginkan, menjadi yang terakhir untuk kemudian keluar sebagai yang pertama.

"Kau yakin akan membelinya dengan harga setinggi itu tuan?.."

Tanya sang pelelang yang masih belum berhasil meyakinkan dirinya sendiri.

"Kenapa?.. kau tidak menjualnya jika dengan harga setinggi itu?.."

"Bu--bukan begitu tuan.. tapiii.."

Laki-laki itu menghela napas bosan dan berakhir bangkit berdiri.

Pakaiannya tampak begitu casual dan berwarna hitam untuk keseluruhan, mulai dari topi yang bertengger di atas rambut lebatnya hingga sepatu yang melindungi telapak kaki besarnya.

Jika ditelisik, tampaknya umur dari laki-laki ini lebih cocok untuk berada di acara jamuan makan malam perjodohan keluarga, daripada di ruang gelap bawah tanah yang dipenuhi oleh para pria berumur itu.

"Sepuluh menit.. barang itu harus sudah berada di mobil ku dalam sepuluh menit jika kau tidak ingin kehilangan 1 milyar mu.."

Dan laki-laki itu pun melangkah menuju pintu.

Kleekk..

Ia memutar handle dan berhenti sejenak, menoleh ke belakang untuk mencari seseorang yang hampir saja memiliki barang bagus yang diperebutkan malam ini.

Pupilnya bergerak jeli mencari sosok tinggi tegap itu hingga akhirnya tatapan mereka pun akhirnya bertabrakan. Dengan pongah, ia lepas kacamata hitam yang menutupi sepasang mata elangnya.

"Go to fuck the fortune goddess, maybe he'll give you luck for next time.."

Ejeknya tanpa suara dengan seringai kepuasan sekaligus kemenangan setelah berhasil menjatuhkan 'lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya' laki-laki berpakaian formal yang masih berdiri di depan sana.

Cukup dingin, laki-laki itu juga tidak menunjukkan kemarahan sama sekali melainkan hanya tersenyum miring dengan begitu santainya.

"Have fun, Park Jongseong.. just wait for your time.."

Gumamnya setelah tubuh tinggi si jelmaan elang menghilang di balik pintu ruangan.

TBC...

KKEUT!!..

So how guys?..

Next or Nah?..

Just tell me then we'll be meet again later..

Baii.. 👋👋

Il Loro Ciclo Di Vita || ILCiDiVi || SunSunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang