Nozushi cukup sedih lantaran tak diberi cukup waktu untuk melepas rindu bersama Rikumi dan Yuto. Satu bulan menjelang tahun ajaran baru harusnya memberi jeda yang cukup untuk mencetak kembali momen-momen manis bersama kerabat tersayang setelah tiga belas tahun tak bertemu. Namun, faktanya satu bulan itu menyita lebih banyak jadwal bagi Nozushi. Tak terhitung berapa kali ia bolak-balik ke sekolah militer itu untuk sebuah panggilan mendadak. Mulai dari pengukuran tinggi badan, pengecekan gizi, dan lain sebagainya.
"Nozu-chan, kenapa kau tidak masuk sekolah militer khusus putri saja?" Yuto membuka obrolan ringan sembari membantu wanita itu berkemas untuk pelatihan resminya besok.
"Aku ingin bersaing dengan semuanya, baik itu pria maupun wanita!" Nozushi tersenyum percaya diri.
"Aku cukup terkejut, walaupun kau bukan anak kandung Paman Hitoshi, kepribadian kalian cukup mirip." Yuto berterus terang, pun merasa merinding.
"Bukankah itu wajar?" Nozushi seperti tahu arah pikiran Yuto. Lengkungan kecil terbit di bibirnya. "Aku dirawat olehnya sejak kecil. Jadi, bisa dikatakan bahwa aku menyerap segala informasi darinya," jelasnya santai. Yuto mengangguk paham, tetapi juga tak sepenuhnya setuju. Kemiripan Hitoshi dan Nozushi tak hanya terletak pada pemikiran, tetapi juga tingkah laku.
"Namun, Paman tidak sama sepertiku."
Sebelah alis Yuto terangkat setelah mendengar ucapan wanita itu. "Kenapa begitu?"
"Karena Paman menyerah untuk mimpinya." Senyum Nozushi redup, berganti dengan raut muram.
"Ah, soal itu ...," cicit Yuto tertahan, menggaruk tengkuknya sedikit panik.
Bagaimana ini? batinnya sejenak, bingung harus mencari alasan apa.
"Ayo, kita selesaikan ini. Kau tidak boleh terlambat besok, 'kan?" tukasnya yang buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.
Nozushi sedikit bingung, tetapi berakhir mengangguk singkat. "Iya, terima kasih sudah membantuku berkemas, Yuto-san!" katanya.
***
Datanglah hari di mana Nozushi bergerombol dengan para siswa militer baru di sebuah aula. Semua yang hadir mengenakan seragam hitam dengan logo bordir sekolah di bagian lengan atas. Tak lupa sebuah badge yang mengukir masing-masing nama mereka. Sekitar dua ratus orang pelamar sudah mengisi deretan bangku di sana. Nozushi dibuat berseri-seri oleh pemandangan di sana. Agenda dibuka oleh sebuah perkenalan, satu per satu siswa baru maju untuk mengungkap diri.
"Halo, namaku Kotosuki Nozushi. Mohon bantuannya!" ucap Nozushi saat gilirannya tiba. Tak lupa untuk membungkuk sembilan puluh derajat.
Hari pertama berlangsung dengan pembagian asrama yang disusul dengan latihan ringan guna mengasah kemampuan. Para siswa baru diperbolehkan untuk memilih senjata yang mereka suka atau yang sebelumnya telah dipelajari. Seluruh atensi memusat pada Nozushi yang baru saja menyambar sebuah busur panah. Tak seperti perawakannya yang anggun, sifat kuno yang diwarisi oleh Hitoshi masih melekat kuat di jati dirinya. Membuat orang-orang tersenyum meledek karenanya.
Namun, semua ejekan itu berhasil dibungkam saat anak panah yang dilepas Nozushi berhasil menghantam habis semua target di sana. Semua orang melongo karena kehebatan Nozushi, yang bahkan mampu menerima tantangan para pelatih di sana untuk membidik target di luar jangkauannya.
"Sasaran yang bagus, Kotosuki-chan! Kau benar-benar hebat! Siapa yang mengajarimu?" tanya si pelatih terkagum-kagum.
Nozushi yang tersenyum malu-malu lantas menyahut, "Terima kasih, pamanku yang menurunkan bakat ini padaku!"
Hari pertama pelatihan terlaksana dengan cukup baik. Seluruh kegiatan yang berjalan dapat dikatakan ringan. Saat jam makan siang, seluruh siswa diperbolehkan berbaur dan duduk bersama guna menciptakan keharmonisan di lingkungan sekolah, apalagi mereka akan menempuh pendidikan bersama lima tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaguya : The Light Between Two Destinies
FantasyKehebatan Kotosuki Nozushi dalam hal memanah menjadikannya seorang pengawal perdana menteri, yang mana ia harus menjaga orang yang sangat penting di Javana. Alih-alih ingin mengejar gelar tinggi, Nozushi malah diikutsertakan dalam misi pencarian bel...