16 2 3
                                    


Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana rumah di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan.

Udara terasa dingin menyegarkan. Langit cerah dihiasi bintang- bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan.

Oh Tuhan betapa malam ini penuh dengan kebahagiaan, jiwa-jiwa yang kelelahan terlelap dalam tidur malam, sementara beberapa jiwa nampak terbangun, duduk mengadu kepada Tuhan pencipta seluruh alam. Terdiam dalam indahnya sebuah malam.

Hari ini dua orang  teman itu berencana ingin pergi jalan jalan.  Sebagai tebusan rasa bersalah Evan.

Alana mulai turun dari anak tangga satu persatu.

Evan pun juga berjalan keluar rumah untuk menyalakan motornya. Dan memasangkan helm untuk Alana.

Pipi alana memerah akan perlakuan Evan.

Evan yang heran pun bertanya di dalam hatinya.

Alana pakai perona pipi tebel banget ya?

" Eh blush on  lo tebel banget ya?  wajah nya kok jadi merah? " Ucap Evan sambil menaikkan satu alisnya.

"Eh ga kok ga tebel karena cahaya mungkin" Ujar Alana menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

Saat di atas motor Alana heran?

Bukannya ini jalan ke kota tua?

"Eh ke kota tua ya? Jauh banget ga si? " Alana khawatir jika ia pergi terlalu jauh

"Udah santai aja,  ga usah panik selagi lo sama gua ya lo aman Na".  Ucap Evan menenangkan Alana

Tiba lah dua orang tersebut di kota tua.

Saat disana Alana merasa melihat seseorang yang tampak tak asing baginya.

Ya, orang itu adalah Marva.

Alana memalingkan wajahnya dari sana, dan memilih mencari angin dengan Evan.

Mereka berdua hanya diam sambil mengelilingi kota tua tersebut.

Evan yang sadar dengan suasana malam ber inisiatif memasangkan jaket miliknya pada Alana.

Alana yang terkejut dengan perlakuan Evan hanya termenung.

"Lo mau beli apa? " Tanya Evan memecahkan suasana

"Ga tau, mau yang panas panas" Alana menjawab pertanyaan Evan seadanya

Evan pun langsung melihat sekeliling dan melihat orang jualan  nasi goreng. Ia langsung pergi ke sana untuk membeli nya.

Alana menunggu Evan sambil duduk - duduk menikmati angin malam.

Lalu,  Ada orang yang tak asing duduk di sebelah Alana.

"Alanaa.. " Ucap Marva

Kedua mata bersusah payah untuk

Membendung air sampai tak tertahankan. Mulutnya juga sedikit bergetar menahan sebuah tangis yang pecah. Dada perlahan sesak menampung semua kesedihan itu.

Alana tau dengan suara itu,  ia pun langsung berdiri meninggalkan Marva.

Marva yang gesit memegang tangan Alana yang sedang menahan tangisnya.

"Kita se ga bisa itu buat balik Al? " Tanya Marva

"Lo pikir ga sakit apa?  ngelihat orang yang di cintai eh malah di jodohin,  bodoh nya lagi malah nerima perjodohan itu . Lo ga mikir Va?". Alana yang tak bisa menahan emosinya pun meluapkan isi hatinya

About usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang