"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran
"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran
***
Michael melesat keluar dari kamar, langkah kaki menggebu-gebu menuju lantai bawah dengan sebuah kertas catatan kecil kusut di tangan, berisi sebuah alamat serta nomor telepon. Dia berderap melalui anak tangga, akan menuju dapur dan menelpon nomor tertera di catatan, juga bersenandung pelan. Pagi ini lumayan sepi, tidak ada gangguan apa pun dari animatronik dengan unit tak lengkap tersebut lantaran dia sedang mengisi daya sejak kemarin. Berbicara mengenai Ennard, kini perhatiannya teralih ke ujung ruang tamu. Robot tinggi itu dalam keadaan nonaktif, Michael berhenti berjalan ke dapur untuk mendekat ke arahnya.
Dia masih cukup kesal dengan apa yang terjadi ke langit-langit di ruang belajar, sedikit balas dendam takkan menyakitkan sama sekali, bukan?
Berdiri tepat di hadapan Ennard membuatnya tersadar betapa besar animatronik tersebut dibandingkan dengan dirinya; pemikiran bodoh, tentu saja itu sudah jelas. Namun, dia tak terlalu mengira Ennard akan setinggi ini, nyaris tiga meter. Meski begitu, Ennard bisa mengatur badannya sendiri, meninggi atau memendek hingga pas berada di dalamnya tanpa kendala apa pun. Perut terasa bergejolak dengan rasa mual mengingat kembali Ennard perlu masuk ke dirinya dari waktu ke waktu. Bukan perasaan yang menyenangkan sedikit pun. Suer.
Kedua kakinya bertumpu di kaki depan, berjinjit mengambil topeng badut tersebut dari wajah Ennard. Dia bergidik sebentar melihat tatapan kosong mata robotik berwarna biru tersebut, kerangka metal membentuk wajah, dan bau anyir. Sial, mungkin karena dia sering bolak-balik masuk ke tubuhnya hingga baunya seperti darah dan bangkai. Kapan-kapan Michael akan menyemprotkan parfum satu botol kepada si bajingan itu.
Setelah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, dia secara diam-diam melangkah pergi, naik ke lantai dua lagi. Dia membuka pintu ke tempat jemuran baju, tempat itu seperti balkon luas berlantai beton dengan pagar penghalang setinggi pinggangnya, dan beratap transparan. Setelah masuk, dia belok ke kiri, di mana mesin cuci satu tabung nan rusak tak digunakan tergeletak di sana, ayah tidak pernah membuangnya karena dia bilang dia akan memperbaikinya, tapi ujung-ujungnya mereka membeli yang baru.
Bagian belakang mesin bisa dibuka, biasanya dia menyembunyikan kertas ujiannya yang mendapat nilai jelek di sana, jadi tempat itu penuh dengan kertas-kertas meski dia dulu adalah salah satu top student. Kebanyakan pelajaran sejarah, dia benci mengingat-ingat masa lalu. Dia menyisipkan topeng di dalam, lalu beranjak berdiri setelah menutupnya secara asal-asalan. Merasa puas, Michael pun menetapkan tujuan awal untuk menuju dapur.
Dia mengambil gagang telepon lalu jari menekan tombol telepon walau mata berfokus kepada nomer di catatan; nomer dari salah satu toko grosir yang kekurangan karyawan. Dia melihat pengumuman pencarian pegawai baru ketika dia iseng jalan-jalan di tengah malam beberapa minggu lalu, lalu mencatatnya sebagai wanti-wanti dia membutuhkannya. Dia harap masih ada lowongan pekerjaan di tempat itu.
["Selamat pagi! Dengan Toko Grosir Orlando di sini, ada yang bisa kubantu?"]
"Hai," Michael berdehem. "Selamat pagi, aku ingin tahu apakah kalian masih memerlukan pegawai baru atau ... sudah ada yang mengambil tawaran pekerjaan kalian?" Dia memelintir ujung rambut cokelatnya dengan gelisah, senyum dipaksakan ke atas namun berakhir miring.
["Ah, apa kau ingin melamar untuk bekerja di sini? Karena kami masih kekurangan orang."]
Pagi yang lumayan sempurna.
"Ya," dia menjawab, bahu mulai melemas santai mengetahui dia memiliki kesempatan. "Kumohon."
["Bagus! Kau bisa datang hari ini dan mulai bekerja."]
YOU ARE READING
The Bond [REMAKE]
Fanfiction[WARNINGS INSIDE] It was just him and that annoying ass of wires who changed his life forever, and how could he get rid of him when the things that happened changes his views of his own murderer? Maybe he's just sick in mind, mentally fucked up. He'...