Ch 5 [IND]

385 8 0
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

***

Selama enam hari belakangan, si sulung Afton itu fokus mengobrak-abrik kantor ayahnya hingga ruang studi, mencari-cari tiap informasi sekecil apapun di buku-buku yang pernah dimiliki oleh William Afton mengenai pekerjaan lampaunya sebelum ia menghilang begitu saja. Dia hanya mengawasinya bergerak kesana-kemari, melalui lorong berkali-kali, bolak-balik masuk ke dalam lalu keluar ruangan studi, secara bertahap membawa peralatan-peralatan dibutuhkan untuk proyek kecil akan rangka endo yang dengan sengaja dia intip saat Afton tidak menyadari keberadaannya. Mempelajari hal-hal baru di waktu singkat tidak pernah mudah, terlebih lagi sesuatu yang kompleks, dan sangat berlainan dengan bakat.

Dia sama sekali tidak yakin lelaki itu akan melakukannya di waktu terbilang singkat, bahkan masih terlihat kesusahan sejauh ini dia awasi. Adalah pemikiran bodoh jika Afton berharap dia akan tuntas merakit sesuatu bertentangan dengan keahliannya, tidak ada keterampilan sedikit pun, malah.

Sekarang Afton sedang berkutat di ruang tamu, pretelan-pretelan animatronik serta lembaran-lembaran kertas berserakan di atas lantai, di atas meja, di atas kursi, di mana-mana sementara Afton sendiri duduk menyender ke kaki sofa. Obeng di tangan kiri, blueprint di tangan kanan, sebuah rangka endo di samping, dan pandangan di buku terbuka di pangkuan. Sibuk sekali, sepertinya. Dia merayap secara perlahan-lahan melalui langit-langit, tidak menimbulkan suara yang terlalu jelas untuk dinotis pada lelaki berambut cokelat tersebut. Atau, mungkin Afton tahu, tapi memutuskan berpura-pura tidak tahu.

Kepalanya mendongak, bunyi dari mur dan roda gigi miliknya sendiri dapat didengar samar, mata biru robotik diam-diam memindai catatan-catatan di blueprint yang Afton pegang saat ini. Tanpa bisa dia kendalikan, sebuah dengkusan meluncur lumayan kencang, menyita perhatian Afton ke langit-langit dan pandangan mereka bertemu. Afton menyipitkan matanya, antara tidak suka dia mengobservasinya tanpa ijin atau tidak suka dia menertawakan karya yang bahkan tidak sampai seperempat jadi. Namun, itu bukan salahnya, improvisasi yang Afton lakukan memang menggelikan, menemukan bahan sisa seadanya untuk merakit sesuatu di luar keterampilan.

"Apa?" Nada suara Afton ketus, membuat dia menelengkan kepala ke samping, desing mesinnya terdengar lagi ketika dia menyeret badan di langit-langit tanpa rasa terkesan akan Afton mengawasi tajam tiap pergerakannya. "Apa maumu?"

"Seseorang sepertinya terbangun di bagian sisi kasur yang salah hari ini."

Melihat bagaimana dahi Afton mengerut dalam dengan gigi bergemelatuk jengkel selalu menjadi pemandangan yang memuaskan untuk kesenangan batinnya, kekeh tawa yang dia keluarkan makin membuat ekspresi Afton menggelap dalam kekesalan. Padahal dia tidak melakukan apa-apa, kenapa Afton harus semarah itu? Dasar aneh. Dia pun melompat turun, menimbulkan suara bedeman samar di lantai rumah saat mendarat dengan dua kaki ditekuk sedikit ke depan, lantas berdiri tegak. Afton mengecil di pandangan, sangat rapuh, mudah untuk dihancurkan. Sepasang mata lelaki berambut cokelat itu masih mengawasinya saat dia mengitari meja, mendekat ke arahnya dalam diam.

Sesuai apa yang dia duga, Afton menyingkir darinya begitu dia kian dekat dengan posisinya. Afton menggeser duduk lebih jauh, membawa catatan-catatan serta endo itu darinya juga. Dia tidak bisa memperhatikan isi dari catatan di kertas-kertas, serta buku-buku yang dikumpulkan oleh Afton, maka dia memutar mata bosan, kedua bahunya sedikit merosot seolah-olah dia baru saja membuang napas. Tidak akan sudi dia jika dia harus meminta terlebih dahulu agar Afton membiarkannya melihat catatan. Dia berjalan dari area ruang tamu, mungkin lain kali saja ketika Afton sedang lengah, tak bisa terang-terangan seperti ini.

The Bond [REMAKE]Where stories live. Discover now