6.hadiah

234 24 6
                                    

"Ha-hanabi, ini hadiah untukmu. Ke-kemarin dipesta ulang tahunmu aku tidak sempat memberikannya padamu"
Tangan yang dibalut perban itu memberikan kotak hadiah yang berisi kalung salib kepada adiknya. Hinata baru memberikannya sore ini, ia tidak bisa memberikannya kemarin karena kejadian yang tidak diduga itu.

Tangan hanabi mengambil lalu membuka kotak kecil itu, setelah melihat isinya ia pun membuangnya ke lantai.

"Nee-chan, sebelum membeli hadiah itu tidakkah terfikir dalam benakmu jika benda murah itu cocok untukku? Kau pasti tahu bukan seperti apa perhiasan yang selama ini aku gunakan"

Kalung yang dilempar itu hinata ambil kembali, "ma-maaf hanabi, kakak hanya bisa mem-memberikanmu ini tolong terima ya. Ini ka-kalung bertanda salib kakak harap tuhan akan selalu menyelimutimu dengan ke-kebahagian"
Kembali hinata memberikan kalung itu, tapi dengan acuh hanabi tidak menyentuhnya.

"Lebih baik kakak jual lagi kalung itu, aku tidak membutuhkannya. Oh iya kemarilah kak" hinata mengikuti hanabi ke dalam kamarnya, ia lalu menunjukkan semua hadiah yang ia terima dihari ulang tahunnya. Itu adalah hadiah yang mahal dengan berbagai jenis merk terkenal.

"Ayah memberikanku mobil sport dan ini kuncinya" hanabi menunjukkan gantungan kunci yang ia terima dari ayahnya.

"Lalu kak neji memberikanku kalung berlian, kakak lihat ini baik-baik yang seperti ini baru namanya hadiah" dengan nada menyindir hanabi menunjukkan kalung berlian itu.

"Dan lihat semua hadiah yang belum aku buka, ini semua adalah barang-barang mahal. Mana mampu kakak membelikannya untukku"

Mata rembulan itu menatap sekitar, benar kamar hanabi sangat penuh dengan hadiah dan seperti yang adiknya itu bilang itu barang mahal dan tentunya hinata tak akan bisa membelinya.

"Ohya kak ada beberapa pakaian yang bosan aku pakai, kakak bisa mengambilnya dilemari no 3 itu" tangan itu menunjuk sebuah lemari besar cat coklat, hinata mendekat lalu mengambil pakaian yang adiknya katakan.

"Ambil semuanya ya kak, lusa aku akan beli yang baru"

"Ba-bagaimana de-dengan hadiah dari kakak? Kau-kau benar-benar tidak mau mengambilnya?"

"Tidak"

"Ba-baiklah"

Hinata kembali mengambil semua pakaian yang ada dilemari, banyak sekali dan hinata yakin ini semua masih layak pakai. Tapi adiknya itu seakan tidak peduli dan mmbuangnya setelah beberapa kali pakai.

"Hanabi"

Mereka berdua menoleh secara bersamaan dan melihat pria berambut coklat datang membawa sebuah bingkisan, hanabi yang melihat pria itu langsung berlari dan memuluk pria yang berstatus sebagai kekasihnya itu. " aku merindukan, kau jahat tidak datang kemarin".

"Maaf sayang, aku sudah mengatakan itu jauh-jauh hari bukan aku tidak bisa datang dihari ulang tahunmu. Mkanya aku datang sekarang"

"Mana hadiah untukku?" Hanabi bertanya dengan penuh semangat, pria itu sarutobi konohamaru tersenyum dan memberikan bingkisan itu pada kekasihnya.hanabi terlihat sangat senang menerimanya lalu memeluk dan mencium kekasihnya itu, hinata tidak melihat itu ia lebih fokus untuk mengambil semua pakaian yang ada didalam lemari. Ia mengambilnya dengan terburu-buru dan setelah selesai tanpa mengatakan apapun hinata lalu pergi dari kamar adiknya, meninggalkan sepasang sejoli yang melepas rindu.

***

"Anak-anakku akhirnya kalian berdua datang kemari"

Mikoto, dengan tergesa memeluk kedua putra kembarnya yang sudah lama tidak bisa ia temui. Kedua pria kembar itu juga membalas pelukan hangat sang ibu yang mereka cintai, entah sudah berapa lama mereka tidak mengunjungi orang tuanya.

"Sai, sasuke bagaimana kabar kalian?"

"Kami baik bu"

"Kalian benar-benar keterlaluan tidak mau menemuiku, jika bukan karena ayah kaliam ibu yakin kalian tidak akan datang kemari" omel mikoto pada keduanya.

"Maaf bu, tapi kami benar-benar sibuk"

"Baiklah, karena kalian sudah disini ibu mau kalian menginap disini selama satu bulan dan tidak ada penolakan"

Sai melirik kearah adiknya yang diam tak berkata, sudah lama ia tidak melihat wajah adiknya ini.

"Ino-chan dimana sai? Inojin pasti senang mengetahui kepulangan kalian"

"Ino masih ada pemotretan bu, ia saat ini menginap di studio bersama rekannya yang lain"

"Baiklah, ibu mengerti"

Mikoto lalu mengajak kedua putranya untuk menuju ruang keluarga dan menghabiskan waktu untuk mengobrol, tapi tidak untuk sasuke ia hanya duduk selama lima menit lalu memutuskan untuk pergi ke kamar inojin menemui keponakannya.

Cklek

Tangan itu membuka pintu kamar inojin tanpa mengetuknya, matanya menatap kamar mewah ini dan melihat keponakanny yang sedang bermain game. Inojin melirik sebentar saat mendengar suara pintu terbuka dan setelah tau siapa yang datang ia kembali melanjutkan permainannya.

"Hei bocah, kau merindukan paman?"

"Tidak, biasa saja"

Sasuke mendekat lalu merebahkan tubhhnya diatas kasur, dia akhir-akhir ini merasa lelah tanpa sebab dan tanpa sadar ia menghela nafas.

"Cari pacar paman, paman dan paman itachi sangat betah menjomblo"

"Kau baru lahir kemarin bocah jangan mengatakan pacaran"

"Cuma saran kok, paman mau minum? Aku buatkan jus tomat ya"

"Boleh, cepat buatkan"

Inojin lantas pergi ke dapur untuk membuatkannya jus, sementara sasuke mengambil ipad inojin dan melanjutkan bermain game.

Meski ia tahu keponakannya itu menyebalkan tapi ia masih punya rasa hormat pada orang dewasa.

Kaki kecil itu berlari ke arah dapur lalu membuatkan jus tomat untuk pamannya, setelah selesai ia membawa jus itu dengan beberapa brownis pahit kesukaan sasuke. Ia kembali melewati ruang keluarga, dan ayahnya memanggil.

"Hei inojin, kemarilah kau tak merindukan ayah?"

"Tidak"

"Jahat sekali, apa minuman itu untuk ayah?"

"Tidak, ini untuk paman sasuke"

Sai bangkit dari kursi mendekati anaknya lalu mencium kepala anaknya dengan sayang.

"Untuk ayah mana? Masa hanya untuk pamanmu saja?"

"Buat sendiri, ini khusus untuk paman sasuke tau. Dasar ayah jelek"

Inojin pergi menuju kamarnya, ia tidak memperdulikan keberadaan ayahnya itu.

"Mulut cucumu itu sangat tajam ibu"

"Sekarang kau tau kan akibat kau yang tidak pernah dirumah menemaninya"

Sai lalu hanya tersenyum menanggapi perkataan ibunya, sungguh mulut anaknya sangat tajam seperti istrinya.


***







Terima kasih sudah membaca minna

Silakan vote dan komen 😊


Tekan
👇

Menanti Cahaya (Sasuhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang