Tiga Puluh Empat

5.1K 620 91
                                    

Happy Reading
0o0








Sudah satu jam mereka menunggu Fira yang tengah di tangani oleh dokter di ruang ICU, selama itu pula Bara tidak henti-hentinya bolak balik di depan ruangan bahkan penampilannya sudah acak-acakan dan banyak bercak darah di sekitar bajunya.

El yang tengah menangis di pelukan Ernest semakin mengeratkan pelukannya, memori memori lama yang sudah berhasil ia pendam kini muncul kembali.

Kejadian dimana dulu ibunya kecelakaan akibat dirinya kini terulang lagi kepada Fira, hampir sema dengan kejadian beberapa tahun silam.

Kepalanya pusing, badanya menggigil. Ernest yang merasakan keanehan dari tubuh sang adik langsung menggendongnya ala kola dan mengusap punggungnya agar tenang. Rasa panas dapat Ernest rasakan dari suhu tubuh El.

Bara? Ah manusia itu seakan lupa dengan anaknya yang tengah ketakutan dan menangis. Bara tidak memperdulikan El, fokusnya kini hanya kepada sang istri yang masih di tangani di dalam.

"Hikss bundaa, abangg" Gumam El menyebut bundanya terus menerus.

"Ade berdoa biar bunda gpp di dalam, jangan nangis nanti dada ade sesek" Tenang Ernest, pikirannya juga kalut saat ini.

El masih saja terus menangis membuat Ernest semakin panik.

"Pah" Panggil Ernest pelan, ia tahu keadaan Bara saat ini juga tengah tidak baik-baik saja.

Bara menengok, melupakan anak-anaknya yang tengah ikut khawatir bahkan si bontot terus saja menangis.

Menarik nafasnya dalam, ia harus tenang jika ia panik maka anak-anaknya juga akan panik.

Mendekat ke arah Ernest lalu mengambil alih gendong El, suhu tubuhnya semakin panas bahkan pipinya sangat merah di tambah ada bekas memar di bagian pipi kiri akibat tamparan dari Bara.

Mengusap halus pipi El lalu mencium nya pelan di bagian memar yang bekas ia tampar.

"Maafin Papah sayang, ini salah Papa" Sesal Bara, tidak kuat saat mengingat kejadian dulu terulang lagi kepada keluarganya.

El semakin menangis kencang di pelukan Bara, tubuhnya bergetar hebat. Tidak perduli dengan sekitar jika ini masih di rumah sakit toh rumah sakit ini masih milik Kakaknya papanya, Mikhael.

"Mau bunda papah"

"Tenang baby,  bunda lagi di tangani di dalam"

"Bundaaa"

Kepalanya seakan ingin pecah saat ini, tubuhnya sudah lemas namun sebisa mungkin Bara terlihat tegar di hadapan anak-anaknya.

Ernest ikut menangis, bagaimana pun Fira adalah bundanya walaupun tidak ada hubungan darah tetapi Fira lah sosok ibu yang sangat berarti bagi Ernest.

Bara memeluk kedua anaknya, memberi ketenangan agar mereka juga ikut tenang.

"Abang sama ade berdoa untuk bunda, papa yakin bunda kuat di dalam"

Keduanya mengangguk, El masih berada di gendongan Bara dan menyembunyikan wajahnya di leher papanya itu. Sedangkan Ernest memeluk pinggang Bara dari samping dan menumpu kepalanya di pundak sang Papa.

ELBARACK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang