Tiga Puluh Lima

12K 739 64
                                    

Happy Reading
0o0















Pagi tiba sudah semalaman Bara tidak tidur karena menunggu istrinya itu, tadi selepas solat subuh Bara menelepon bodyguard anak-anaknya untuk menanyakan gimana keadaan El saat ini.

Seperti biasa El akan demam dan akan sangat rewel jika sedang sakit di tambah kini di rumah tidak ada Fira dan Bara yang menjaganya.

Bara menyuruh bodyguard untuk membawa El dan Ernest pukul 10 siang nanti, ia juga sudah mengabari keluarga besarnya jika Fira tengah masuk rumah sakit.

Pukul 8.

Jemari Fira yang senantiasa di genggam oleh Bara bergerak sedikit demi sedikit. Bara senang, itu tandanya sang istri akan segera bangun pasca operasi.

Menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya, kepalanya pusing, bagian perutnya terasa sangat sakit saat di gerakan.

Bara mengusap pelan kepala Fira agar atensi nya teralihkan, tatapan pertama yang Fira lihat saat bangun yaitu mata tajam Bara serta tatapan aneh yang di pancarkan oleh Bara.

Tersenyum cantik, ia mengelus rahang tegas milik sang suami.

"Sayanggg" Ujar Bara, matanya seketika berkaca-kaca.

Fira tidak kaget, pasti dugaannya sebelum ia tak sadarkan diri benar. Fira menduga saat jatuh dari tangga kemarin pasti akan ada sesuatu dan benar, saat Fira sadar Bara sudah menangis. Ini sifat asli Bara yang orang tidak tahu.

"Hei kenapa nangis mas?"

"Sayang sorry"

"Tarik nafas mas, coba cerita sama aku pelan-pelan"

Bara mengikuti instruksi dari Fira, dadanya bergetar hebat bahkan baru kali ini ia merasakan gugup di hadapan seseorang.

Tangannya ia bawa untuk menggenggam tangan Fira, pandangan mata mereka terkunci satu sama lain.

Bara mulai menceritakan tentang keadaan Fira, ia pasrah dan akan menerima semua konsekuensinya.

"Kamu boleh benci aku, kamu boleh pukul aku, tapi aku mohon jangan benci sama El, jangan tinggalkan kami bertiga sayangg"

Air mata Fira turun begitu saja, ia tidak akan menyangka akan mendapatkan musibah seperti sekarang.

Di satu sisi ia senang permintaan El akan terkabul yaitu tidak akan mempunyai adik tapi di satu sisi lain ia juga merasa sedih, sedih akan calon anaknya, sedih jika ia di vonis sudah tidak bisa hamil lagi.

"Jangan nangis mas, ini bukan salah kamu ataupun siapa ini udah takdir" Fira mengusap pelan air mata Bara di pipinya.

Ini pertama kalinya Fira melihat Bara yang amat terpukul, tangisannya sangat memilukan.

"Jangan tinggalin aku sama anak-anak Fir, aku udah ketergantungan sama kamu"

"Ngga akan ada yang pergi mas, kita keluarga, kita harus saling merangkul"

"Maaf sayang maaf"

"Sudah-sudah jangan menangis, Allah sayang sama keluarga kita mas, Allah ngasih cobaan buat kita sekarang"

ELBARACK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang